"Janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa.”

(Al-Maidah ayat 8).

Rabu, 21 Agustus 2013


Jemaat Muslim Ahmadiyah
Wonosobo: Berbagai elemen antar umat beragama secara kompak menanam ribuan pohon di lahan tandus yang mengalami banyak kerusakan  di galian C dusun Anggrunggondok, desa Kepencar, kecamatan Kertek pada Selasa pagi (26/3) lalu. Selain menyelamatkan bumi, penanaman juga sebagai simbol kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama. Kegiatan yang dirasakan penuh kekeluargaan dan kegembiraan itu dihadiri Bupati Wonosobo, Drs. H. Abdul Kholiq Arif, M.Si dan Wabup Ibu Maya.  Kegiatan yang terbilang sukses itu diprakarsai oleh GP Ansor dan Pemda kabupaten Wonosobo. Ia merupakan catatan sejarah awal Wonosobo yang bernuansa kerukunan umat beragama secara terbuka dilakukan, bagaimana tidak, semua organisasi dari Islam dan non-Islam diminta panitia acara untuk memasang bendera dan simbol-simbolnya dilokasi penghijauan, termasuk Jemaah Muslim Ahmadiyah. Perwakilan Jemaat Ahmadiyah yang hadir berjumlah lebih dari 35 orang terdiri dari khudamul Ahmadiyah (pemuda), Ansharullah (para sesepuh) dan korp muballighin (para ustadz). Warga Jemaat Ahmadiyah yang hadir berjumlah lebih dari 35 orang terdiri dari khudamul Ahmadiyah (pemuda), Ansharullah (para sesepuh) dan korp muballighin (para ustadz).

Acara terdiri atas: penampilan berbagai kesenian Wonosobo, penyerahan simbolik tananam kepada beberapa perwakilan, sambutan Rm. Matius Yatno Wibowo, MSC (selaku tuan rumah), sambutan ketua GP Ansor Asma Khozin, pembukaan dan sambutan oleh Bupati Wonosobo, doa penghijauan oleh kementrian agama kabupaten Wonosobo, Muhammad Ghufron, M.Pd, dilanjutkan dengan penanaman pohon secara simbolik dan serempak diikuti semua yang hadir.

Dalam sambutannya, sebagai tuan rumah, Rm. Matius Yatno Wibowo, MSC menyampaikan, bahwa “kita semua disini berkumpul dari banyak elemen masyarakat Wonosobo yaitu berbagai ormas Islam dan lintas agama dalam rangka penanaman pohon untuk anak keturunan kita kedepan. Kita disini bisa menunjukan sikap saling menghargai perbedaan. Karena berbeda itu indah, dan kita yakin bahwa acara di pagi  ini ada campur tangan Tuhan sehingga kita bias berkumpul bersama dalam rangka penghijauan, bersatu, jalin persaudaraan untuk kemajuan bersama”.  Pihaknya berharap, penanaman pohon ditanah milik Romo Stefanus Sumpomo, pendamping umat muda Katholik St Philipus Kapencar ini, bisa menjadi momen awal kebangkitan kembali semangat toleransi dan saling menghargai satu sama lain dalam koridor NKRI, sehingga bisa mendapatkan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Ketua GP Ansor Asma Khozin, di awal sambutannya menyebutkan satu persatu peserta penanaman pohon lintas agama, yang sudah mau mengorbankan waktunya termasuk Ahmadiyah dan pemuda Ahmadiyah (Khudamul Ahmadiyah) dihadapan lebih seribu orang itu. Ia merasa senang dengan kegiatan pelestarian alam itu dengan melibatkan banyak kawan umat beragama dari berbagai kelompok. Ketua GP Ansor yang sudah lama akrab dengan Jemaat Ahmadiyah ini menyampaikan terimakasih kepada semua elemen yang hadir.
Selanjutnya ia menyampaikan, bahwa “perbedaan ada untuk menjadikan kehidupan manusia lebih harmonis. Penanaman pohon lintas agama di pagi ini tanpa membeda-bedakan keyakinan diantara kita. Kita harus bisa saling hargai satu sama lain dalam perbedaan tanpa harus mengurangi keimanan masing-masing. Mari kita kikis ego kita masing-masing, rasa ingin menang dan benar sendiri. Tumbuhkan kebersamaan demi semangat kebangsaan di Wonosobo dengan mengimplementasikan Pancasila. Mari lupakan perbedaan”. Ia juga mangatakan, bahwa Banser harus digaris depan mengimplemantasikannya dalam dirinya, juga selalu siap mendampingi dan mengawal keharmonisan dan kerukunan beragama di Wonosobo. Ia berharap, bahwa “penanaman pohon dengan tema “kebersamaan” umat beragama ini semoga menjadi tonggak awal kita untuk saling menghargai, dan akan lebih fokus mencintai kehidupan dan pelestarian alam di Wonosobo, daripada mengurusi perbedaan”.

Bupati Wonosobo Memberi Sambutan 
Bupati Wonosobo pun mendapatkan giliran menyampaikan sambutan sekaligus membuka kegiatan bersejarah itu. Diawal sambutannya, bupati menyebut satu persatu yang hadir, “yang saya hormati saudara-saudara dari berbagai kelompok Islam dan agama-agama lain yang berkumpul bersama dalam kegiatan positip yaitu penghijauan/penanaman pohon. Dari Islam, disini ada unsur NU, Muhammadiyah, Rifaiyah, LDII,  juga Muslim Ahmadiyah; dan dari non-Islam ada dari Katholik, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dll, dari TNI dan Polri, GP ansor, Banser, Budayawan dll” Dalam pidatonya, bupati dengan tegas mengatakan bahwa didaerahnya tidak boleh terjadi kekerasan atas nama apapun, lebih-lebih atas nama agama. Wonosobo harus aman, nyaman dan tentram. Kerukunan harus terus dibangun. Pihaknya tidak beda-bedakan keyakinan apapun, semua harus dilindungi dan tidak ada kelompok-kelompok manapun yang berhak mengotak-atik kenyamanan Wonosobo. Bupati berterimakasih kepada semua pihak termasuk Ahmadiyah.” Semua elemen/kelompok harus guyub rukun dan bias ciptakan kedamaian di Wonosobo”, tambah bupati.

Ia menyampaikan, bahwa “saya menjadi Bupati Wonosobo awal teken kontraknya adalah menjadikan Wonosobo damai, aman, rukun dari semua unsur/elemen masyarakat. Dengan rukun, kita bisa berbuat banyak hal, dengan rukun kita bisa kerjakan ribuan kebaikan untuk bangsa dan Wonosobo. Saya tidak mau lagi Wonosobo tidak aman, tidak mau lagi ada kisruh atas nama apapun termasuk atas nama agama. Saya tidak mau dan tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun untuk membuat situasi tidak nyaman di Wonosobo, dengan dalih apapun itu. Kita semua di pagi ini di tempat ini sedang membuat kegiatan positip yaitu menanam ribuan pohon sebagai pohon perdamaian. Sesuai tema kita “kebersamaan”, maka tidak boleh ada kekerasan di Wonosobo, mari jaga Wonosobo agar tetap harmonis”.

Intinya, masyarakat dan umat beragama di Wonosobo diminta untuk tidak mudah tersulut, ketika ada pihak-pihak yang mencoba memecah belah dengan dalih perbedaan agama atau apapun. Karena belum lama ini ada sejumlah pihak yang mencoba melakukan pecah belah di wilayah Kertek Wonosobo dengan cara mengadu domba mengenai perbedaan agama. “Semua warga Wonosobo jangan mudah tersulut, kita sudah kondusif lama. Belakangan ada pihak-pihak yang mencoba memprovokasi. Mengadu domba kita dengan dalih beda agama, kita jangan mau kembali kepada masa silam, yang penuh dengan kericuhan dimana-mana, jangan mau diprofokasi oleh siapapun”, ungkap Bupati Wonosobo.
Perwakilan Tokoh Lintas Agama, Pemda, TNI, Polri, Ormas dll

Bupati yang terkenal akrab dan ramah itu memiliki pengalaman langsung di masa lampau tentang kondisi-kondisi yg memungkinkan terjadinya situasi yang kurang kondusif, sehingga bisa mengetahui segera gejala-gejala munculnya pihak-pihak dan situasi yang ingin merusak keamanan dan kenyamanan di masyarakat. Dengan itu, ia bisa menentukan langkah antisipasinya dengan cepat dan tepat. “saya sangat berterimakasih kepada TNI dan Polri yang terus bekerja keras menjaga keamanan di Wonosobo”, ujarnya.
Bukti peningkatan keamanan itu berdasarkan survei dari Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) bekerjasama dengan USAID dan The Asian Fondation yang dilaksanakan tahun 2007, kabupaten Wonosobo menempati peringkat pertama di Jawa Tengah, dalam tata kelola keamanan dan penyelesaian konflik. Pada tahun 2012 kemarin, tampil sebagai terbaik pertama hasil survei investasi Jawa Tengah. Juga menurut Majalah Tempo nasional,  bupati Wonosobo terpilih menjadi kepala daerah pilihan Tempo 2012 nomer dua di Indonesia karena berhasil merukunkan umat beragama dan menciptakan kondisi kondusif di Wonosobo.

Nampak Para Ahmadi Menanam di Lokasi 
Bupati selanjutnya menyampaikan perihal penanaman ribuan pohon, “kita akan berbuat kebaikan dengan menjaga alam. Kita jaga gunung dengan cara menanam pohon dengan tujuan menahan bencana alam yang mengancam. Sudah banyak sumber mata air di Wonosobo hilang akibat tidak adanya pepohonan dan penggalian pasir liar. Kita sebagai umat manusia diamanahi Allah untuk memelihara alam termasuk gunung. Pelestarian alam ini diajarkan dalam semua Kitab Suci umat beragama”.

Penanaman simbolik diwakili: Bupati Wonosobo, TNI, Polri, Katholik (Rm. Sumpama, MSC), ketua PCNU (Drs. Arifin Ma’arif), Jemaat Ahmadiyah (Sajid Ahmad Sutikno), Muhammadiyah, Rifaiyah, Mudika (Debiyo, S.Pd), komandan Banser (sdr. Antok), ketua GP Ansor (Asma Khozin), Budha (Lukito), Konghucu (Hasan) dan lain-lain.

Acara selesai pada pukul 14:00 WIB. Insyaallah Bupati akan mengadakan acara yang sama sesering mungkin di banyak lahan yang membutuhkan penghijauan.

Semoga Wonosobo selalu menjadi sampel bagi daerah lain di Indonesia dalam hal keharmonisan, sebagai gambaran ukhuwah yang benar, bergandengan tangan untuk kebaikan dan kemajuan bersama tanpa memandang perbedaan []

3 komentar:

  1. menanam kebersamaan dibumi wonosobo
    top liputannya mas bro

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah mas sufni lg yg aktif pinarak hehehe. Alhamdulillah smg trus biso ngrawat kebersamaan

      Hapus
  2. Assalamu'alaikum kenangan top rabtah

    BalasHapus