Sehubungan dengan kegiatan penelitian keharmonisan sosial oleh Abdurrahman Wahid Centre (AWC) UI Depok for Inter-faith Dialogue and Peace di Wonosobo, panitia AWC telah mengadakan Focus Group Discussion (FGD) "Kerukunan Antar Umat Beragama di Wonosobo, Studi Kebijakan Pemerintah Daerah Bagi kalangan Rentan dan Minoritas". Forum diskusi bertempat di ruang pertemuan Lantai dasar Perpusda Wonosobo, pada Rabu, 26/3/14 pukul 13.00-16.30 WIB.
Di kesempatan
sore itu panitia menghadirkan para tokoh atau aktifis lintas iman dan
kepercayaan. Diantaranya: AWC UI (Ahmad Suaedy-ketua AWC, 2 orang peneliti M.
Salehudin dan Dikcy); ketua FKUB Drs. Zaenal Sukawi; koordinator FUB dan
Budayawan Akhmad Baihaqi, S.Ag (atau dipanggil Haqqi Al-Ansori); dari Muslim NU
diwakili ketua Lakpesdam dan Intelektual muda NU Nurul Mubin, M.Si; dari Muslim
Ahmadiyah diwakili 4 orang (Maulana Nurhadi -mubaligh wilayah Jateng II/
Wonosobo dan Banjarnegara; Maulana Sulaiman Ahmad -mubaligh lokal Binangun
Watumalang; Sajid Ahmad Sutikno -mubaligh lokal Wonosobo; dan Kyai Sis Ahmad
Afandi DPD JAI); dari Muslim Syiah/IJABI (M.Arman Jauhari); Konghucu (Hasan
Akli); Budha (Suryo); Tao (Salim), dari Hindu dan Katholik tidak dapat hadir;
dari Kristen (GKJ Wonosobo Pdt. Agus Agung Prabowo, S.Th dan GKJ Bendungan,
Selomerto Pdt. Agus Suprihana); penghayat kepercayaan Tunggul Sabdo Jati
(Kusnandar, sekaligus sebagai tokoh Islam menganut peng-kalenderan Jawa Aboge);
wakil Tionghoa; mahasiswa Unsiq; dan perwakilan LKis Jogjakarta.
Mengawali
pembukaan acara, pihak AWC memberi sambutannya dan menyampaikan bahwa pihaknya
dalam waktu kurang lebih sebulan ini sudah adakan kunjungan dan wawancara
kepada Bupati dan sejumlah pemuka agama, kelompok-kelompok minoritas, para
tokoh budaya dan masyarakat, kepada warga, para pedagang, kunjungi beberapa
kampung multi-kultural, dll hingga live in di beberapa komunitas seperti
Ahmadiyah, live in di kampung Buntu dll. AWC mengatakan, bahwa FGD
diselenggarakan di sore ini bertujuan untuk mendiskusikan kembali secara
terbuka hal-hal terkait penelitian yang telah dilakukan AWC selama hampir
sebulan, dengan harapan dapat menemukan kesimpulan yang relevan. Selanjutnya,
akan dijadikan sebuah buku acuan untuk bahan kajian UI dll. Dalam kesempatan
tsb, AWC menyampaikan, pihaknya tertarik mengadakan penelitian lapangan adalah
"karena ada sejumlah pemimpin lokal yang telah mencoba untuk
memperkenalkan kebijakan-kebijakan publik yang menginklusi kelompok-kelompok
minoritas dan rentan (vulnerable) ke dalam kepemimpinannya seperti yang terjadi
di Wonosobo". Dimana di sejumlah daerah lain telah terjadi
peristiwa-peristiwa kekerasan, diskriminasi, pengucilan, dan bahkan pengusiran
terhadap kelompok minoritas seperti yang dialami muslim Ahmadiyah dan Syiah,
serta Kristen. Dan yang terjadi di Wonosobo adalah sebaliknya, yaitu kehidupan
antar umat beragama dan berkeyakinan cukup harmonis. Hal itu
dimungkinkan, diantaranya tidak lepas dari peran aktif kepala daerahnya.
Ketertarikan
penelitian AWC bermula dari berita di media Tempo bulan Desember 2012 tentang
"kiprah Bupati Wonosobo diakui oleh berbagai kalangan, diantaranya Syiah,
Ahmadiyah, Kristen dan lainnya di kabupaten tsb. Yaitu, Bupati (pemda) lebih
perhatian dan serius dalam membangun dan mensolidkan masyarakat Wonosobo yang
plural". AWC berupaya menggali "dinamika kerukunan beragama dan
peran serta pimpinan daerah yang mampu menciptakan suatu sistem
pemerintah yang merangkul semua lapisan (inklusi), dan melindungi kaum
minoritas". Hasil penelitian AWC mendapat temuan bahwa kabupaten Wonosobo
mempunyai potensi keharmonisan sosial yang unik dan alami (cultural), selain
ada beberapa tempat berpotensi sumbu pendek. Mereka menemukan karakter domain masyarakat
Wonosobo adalah suka hidup damai, mereka itu fasih bicara soal kedamaian, serta
sejak lama sudah menjadi suatu "budaya hidup rukun", dan sampai
sekarang masih sangat kental dilihat dan dirasakan, serta terawat dengan baik
di perkotaan dan alam pedesaan. Ini merupakan proses harmonisasi yang tentu
berangkat dari yang bersifat cultural (alami) sebagaimana alam Wonosobo yang
sejuk dan dingin. Hal itu dapat ditemukan di beberapa tempat di Wonosobo,
seperti di kampung Buntu sebagai kampung multi-kultural berkades seorang
pengikut Budha, juga di Watumalang dan di lain tempat. Kemudian ketua FKUB Drs.
Sukawi dan koordinator FUB Haqqi al-Ansori menyampaikan, bahwa "karena
kerukunan itu bersifat dinamis, maka di Wonosobo akan terus diupayakan
membangun atmosfir harmonisasi, baik dengan cara formal maupun non-formal
(kultural)". Baik yang sudah berjalan, maupun akan diadakann misalnya:
jagongan budaya lintas iman, forum-forum diskusi, pasar murah lintas agama,
kemah kebangsaan oleh generasi muda FKUB, safari religi, penanaman pohon
kedamaian, dll hingga akan selenggarakan sekolah (studi) keharmonisan beragama
yang siswa-siswinya dari anak-anak muda SMA dll.
Ketua Lakpesdam
NU, Nurul Mubin menambahkan bahwa selain faktor kultur Wonosobo yang suka
damai, juga adanya perguruan tinggi (UNSIQ) yang menyumbangkan kesadaran hidup
harmonis lewat akademisi, serta memang sudah lama tercipta dialog-dialog lintas
agama, misalnya pernah terjadi dialog antara Islam dan Kristen di GKJ Aku Iki
Pepadange Jagad, yang dihadiri banyak orang/peserta dari Muslim dan Kristen.
Dari Islam yang hadir saat itu, NU, Muhammadiyah, Ahmadiyah, dan pembicara dari
Islam diwakili mubaligh Ahmadiyah, yaitu Muhammad Tsabitun. Dalam forum penuh
keakraban tsb, dinyatakan oleh masing-masing pemuka agama dan kepercayaan,
bahwa seperti dalam mengurus KTP, pernikahan, administrasi lain tidak ada
kendala yang menonjol, semua lancar dan diperlakukan sama sebagai warga NKRI
serta kehidupan beragama dalam masyarakat adem ayem. Namun mereka memiliki
kekhawatiran apakah setelah Drs. Abdul kholiq Arif Bupati sekarang nanti
suasana harmonis ini akan ada yang merawat, apakah bupati selanjutnya bermissi
sama? Selain itu ada juga yang mengusulkan agar FKUB, FUB (yang dirintis Haqqi
Al-ansori) dan Pemda serta TOGA terus mensosialisasikan kerukunan ini di level
akar rumput di seluruh kabupaten Wonosobo. Intinya, diungkapkan kehidupan umat
beragama di Wonosobo nyaris tidak ada gangguan pasti, meskipun ada riak-riak
kecil (gangguan) pernah terjadi, karena memang Wonosobo berpotensi sebagai
daerah sumbu pendek. [SAS]
assalamungalaikum mas mbk
BalasHapus