"Janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa.”

(Al-Maidah ayat 8).

Selasa, 11 Desember 2012

Wonosobo: Sabtu, 08/12/12 pukul 09:00 WIB Jemaat Ahmadiyah wilayah Jawa Tengah Bagian Barat dan wartawan MTA (Muslim Televion Ahmadiyah) telah mengadakan rabtah/silaturahmi kepada Drs. H. Abdul Kholiq Arif, M.Si, Bupati kabupaten Wonosobo. Rombongan itu terdiri dari para pengurus, muballighin, Bilal Ahmad Bonyan (wartawan MTA) dan Lili (Khudam/pemuda Ahmadi). 
Jemaat Ahmadiyah pun diterima dengan baik oleh Bupati di pendopo.
Sajid Ahmad Sutikno segera mengawali pembicaraan dan menyampaikan maksud kehadirannya, yaitu silaturahmi (audiensi) dan akan wawancara seputar kerukunan umat beragama di Wonosobo oleh jurnalis TV Muslim. Kemudian, masing-masing memperkenalkan diri. Bupati pun mengucapkan selamat dating dan terimakasih atas silaturahminya. Selain itu,  Jemaat Ahmadiyah juga berkesempatan menyampaikan ta’aruf seputar Ahmadiyah yang akhir-akhir itu diberitakan secara negatip di banyak media. Bupati selama ini sedikit banyak sudah mengenal Ahmadiyah, dan dirinya mengakui eksistensi Jemaat Ahmadiyah di Wonosobo serta bisa hidup rukun dengan kelompok lainnya. Ahmadiyah menurutnya adalah organisasi keagamaan yang terbuka dan tidak eklusif.
Dalam kesempatan itu, bupati yang ramah pada setiap orang itu berharap agar Jemaat Ahmadiyah mampu menjaga dan merawat kondusifitas didaerahnya.
Bupati yang mantan wartawan dan lulusan pesantren yang dikenal sebagai seorang Pluralis ini mampu merawat kerukunan masyarakatnya, serta memberikan pengayoman bagi kaum minoritas. Ia menambahkan, bahwa di Wonosobo sering diadakan pertemuan lintas agama dan berkeyakinan sebagai ajang silaturahmi dan komunikasi.
Bupati berpandangan, selama suatu kelompok itu masih bersyahadat “asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullah", ya dia berhak klaim diri bagian dari Islam. Begitu juga dengan Ahmadiyah berhak klaim demikian,  jika syahadat dan rukun Islamnya sama dengan umat Islam lainnya. Kan itu hanya persoalan penafsiran saja? Selanjutnya beliau menyampaikan, jika masing-masing kelompok bisa berkomunikasi dengan baik, maka terbangunlah kerukunan dan toleransi.
Setelah beberapa saat kemudian, Bilal Ahmad, jurnalis TV Muslim mulai mengadakan wawancara kepada Bupati Wonosobo.
Wawancara seputar sikap pluralis dan keharmonisan masyarakat Wonosobo, potensi alam, budaya, hingga kearifan local lainnya, dll. Selanjutnya mubaligh wilayah pun menyerahkan cindera mata berupa Alquran (The Holy Quran) dengan terjemah dan tafsir singkat Jemaat Ahmadiyah berbahasa Indonesia. Bupati dengan senang hati menerimanya. Sebelum berpamitan, kita sempat menyampaikan kepada Bupati, bahwa hanya dengan MTA inilah kami mampu berbuat untuk Wonosobo, semoga bisa membantu meningkatkan perekonomian dengan hadirkan wisatawan asing setelah melihat tayangan Wonosobo yang indah melalui MTA internasional.
Pertemuan lebih dari 2 jam itu membawa kesan yang mendalam bagi Jemaat Ahmadiyah dan MTA, karena sikap ramah, terbuka, rendah hati, serta sederhana yang ditunjukan Bupati [].

Selasa, 11 Desember 2012 | 14:20 WIB 6.000 Warga Ahmadiyah Hidup Tenang di Wonosobo Besar Kecil Normal TEMPO.CO, Jakarta - Gesekan antar-umat beragama rawan terjadi di sejumlah wilayah di Tanah Air. Di Nusa Tenggara Barat dan Bogor, misalnya, sejumlah penganut Ahmadiyah diusir dari wilayah mereka. Begitu pula yang terjadi di Sampang, Madura, ketika penganut Sunni mengusir warga Syiah. Namun di Wonosobo, Jawa Tengah, masyarakat yang memeluk berbagai macam keyakinan bisa hidup berdampingan. Bupati Wonosobo, Abdul Kholiq Arif, menyilakan semua umat beragama untuk melakukan ibadah menurut keyakinannya. “Nabi saja menghormati kaum Yahudi. Saya pun harus berperilaku sewajarnya terhadap umat yang tak seiman,” kata Bupati Kholiq yang terpilih menjadi kepala daerah pilihan Tempo tahun 2012. Menurut dia, sebagai warga negara, kelompok minoritas sama-sama membayar pajak. Karena itu, ia menegaskan pemerintah bertanggung jawab dalam memberikan rasa aman bagi semua warga pada saat mereka beribadah, tak terkecuali penganut Ahmadiyah. Di Wonosobo, kota yang membentang di lereng Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, terdapat setidaknya 6.000 penganut Ahmadiyah. Mubaligh jemaah Ahmadiyah, Sajid Ahmad Sutikno, mengatakan ketegasan Bupati membuat mereka aman. “Kami tidak punya masalah di sini,” kata dia. Begitu pula dengan penganut Konghucu, Tao, dan Buddha. Mereka merayakan hari besar agama tanpa rasa takut. Selain memberikan rasa aman pada saat menjalankan ibadah, pemerintah kabupaten memudahkan umat beragama yang hendak mendirikan tempat ibadah. Tentunya dengan melibatkan Forum Kerukunan Umat Beragama, wadah dialog antar-iman kota itu. Warga suku Tionghoa, Imam Darmadi, mengatakan, toleransi beragama di kotanya tinggi. “Sejumlah kiai dan habib kerap menghadiri undangan kami di kelenteng ini,” kata Imam. Membangun kerukunan antar-umat beragama tentu bukan pekerjaan mudah. Bupati Kholiq menceritakan selama awal kepemimpinannya di 2004, berbagai masalah sosial muncul ke permukaan. Mulai dari tawuran antar-kampung, kerusuhan, hingga angka kriminalitas cukup tinggi pada hingga 2010. Pada periode ini, kebakaran hebat juga menghanguskan pasar induk Wonosobo. Pencuri dibakar, perkelahian terjadi, lalu toko-toko tutup lebih awal. Untuk mengatasi persoalan kemanan ini, Sang Bupati merangkul para preman. “Mereka tidak boleh dibuang, kecuali melanggar hak orang lain,” ujarnya. Kholiq punya cara unik. Ia melibatkan para preman dalam kegiatan keagaman juga tradisi macapatan-tembang tradisional Jawa. Ia juga menggandeng Komando Distrik Militer untuk memberikan terapi kepada para jawara itu.

Jumat, 17 Agustus 2012

JEMAAH AHMADIYAH MENGUCAPKAN ID MUBARAK 1433 H SEGENAP PENGURuS JEMAAT ISLAM AHMADIYAH INDONESIA KABUPATEN WONOSOBO MENGUCAPKAN:'IED MUBARAK 1433 H/2012 M,MOHON MAAF LAHIR BATIN MINAL AIDIN WAL FAIDZIN. Pengikut Jemaah Islam Ahmadiyah di Indonesia Idul Fitri Selalu Taat Pada Keputusan Pemerintah RI Kami taat pada pemerintah saja kapan Idul Fitri tahun 2012 ini. Karena begitulah kami mengamalkan perintah Alquran, taat kepada keputusan Ulil Amri dalam segala yang ma'ruf. Khalifah Ahmadiyah Internasional memerintahkan kepada warga Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia (lebih 200 negara) agar selalu taat kepada pemerintah yang ada di negara-negara mereka tinggal sebagai pengamalan dari pada ajaran Islam yang diajarkan oleh Almusthafa wa Maulana Muhammad Rasulillah SAW. Wassalam Love For All Hatred For None

Jumat, 16 Maret 2012

Untuk ketiga kalinya di awal tahun ini Ahmadiyah meresmikan masjid baru di London, setelah Masjid Tahir di Feltham , Masjid Baitul Wahid di Catford, dan terakhir adalah Masjid Baitul Aman di Middlesex, London.

Berikut Press Releasenya yang dimuat di alislam.org Satu lagi Masjid Ahmadiyah diresmikan oleh pemimpin Muslim Dunia Hadhrat Mirza Masroor Ahmad menyerukan kepada media untuk menggunakan pengaruhnya dengan penuh tanggung jawab dan keadilan Jamaah Muslim Ahmadiyah dengan bangga mengumumkan bahwa pada tanggal 4 Maret 2012, pemimpin dunianya, Khalifah Kelima, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad meresmikan Masjid Baitul Aman di Middlesex. Ini adalah yang ketiga kalinya dalam rangkaian Masjid yang dibuka oleh Mirza Masroor Ahmad di Inggris tahun ini.

Pembukaan Masjid ini juga dihadiri oleh sejumlah pejabat lokal dan tamu, termasuk John McDonell, anggota parlemen untuk Hayes dan Harlington dan Virendra Sharma, Anggota Parlemen untuk Ealing Southall.

Setelah tiba di lokasi, Huzur meresmikan Masjid dengan memasang plakat peringatan dan memimpin doa dalam hati. Huzur kemudian mengadakan audiensi dengan Muslim Ahmadi lokal dimana beliau mengatakan bahwa tidak cukup hanya membangun sebuah masjid, tetapi hal yang esensial adalah masjid diisi dengan orang-orang yang masuk ke dalamnya dengan hati yang murni dan yang mempunyai keinginan untuk menyenangkan Allah dan untuk melayani kemanusiaan.

Beliau mengatakan bahwa setiap Muslim Ahmad harus berusaha untuk menjadi duta Islam sejati. Setelah pertemuan pribadi antara Huzur dan sejumlah pejabat lokal, resepsi resmi menandai pembukaan Masjid dimulai jam tujuh malam. Dalam pidato pembukaannya, Ketua Ahmadiyah setempat, Bapak Abdul Latief Khan berbicara tentang bagaimana Jamaah Muslim Ahmadiyah telah ada di Inggris selama hampir satu abad. Dan sepanjang periode itu Ahmadiyah telah menunjukkan komitmen tinggi untuk menyebarkan pesan perdamaian dan lintas agama. Anggota Parlemen John McDonnell menyebut pembukaan masjid sebagai ‘kesempatan yang sangat bersejarah” dan mengatakan bahwa suatu keistimewaan baginya bisa hadir.

Beliau juga mengatakan bahwa semua pihak harus mendukung upaya dari Jamaah Muslim Ahmadiyah dan berusaha untuk membantu mereka di bagian dunia dimana mereka dianiaya. Ia juga berterimakasih atas donasi amal yang disumbangkan ke badan amalnya.

Anggota Parlemen Virendra Sharma mengucapkan selamat kepada Ahmadiyah atas pembukaan Masjid dan juga untuk upaya berkelanjutan mewujudkan persatuan masyarakat. Dia juga mengatakan bahwa ada “kewajiban moral” untuk membantu semua masyarakat damai yang menderita penganiayaan. Acara peresmian ini diakhiri dengan pidato dari Imam Jamaah Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, dimana ia menyerukan penegakan perdamaian dan keadilan di seluruh bagian dunia. Beliau juga menyerukan kepada media untuk menggunakan pengaruh yang luas secara bertanggung jawab dan adil. Huzur memulai pidatonya dengan menyatakan perlunya saling menghormati antar sesama.

Beliau mengatakan: “Hal ini tentu tugas kita untuk menjaga dan menghormati satu sama lain. Dan cara terbaik untuk menunjukkan penghargaan ini adalah dengan memperhatikan perasaan dan ‘sentimen’ satu sama lain, karena ini adalah cara utama untuk membangun nilai-nilai kemanusiaan yang baik. Dan itu adalah satu-satunya cara untuk mengembangkan lingkungan yang penuh dengan perdamaian, keadilan, kerukukan dan persaudaraan. Ini harus menjadi tujuan kita untuk membangun nilai-nilai tinggi di setiap desa, setiap kota dan setiap negara, setiap masyarakat dan seluruh penjuru dunia.”

Huzur mengatakan bahwa dunia modern telah menyerupai sebuah kampung global dimana setiap berita dapat disampaikan secara global dalam hitungan detik, tetapi kemajuan seperti ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Memberikan contoh media, Huzur mengatakan bahwa dimana media melaporkan peristiwa bencana alam, kelaparan atau kerugian sosial, informasi tersebut seharusnya membawa pada upaya membantu dan mendukung mereka yang membutuhkan. Selain bantuan yang segera, perencanaan jangkan panjang juga penting. Huzur mengatakan: “Melalui perwakilan resmi kami dan melalui pemerintah kita, kita harus mencari cara menemukan solusi jangka panjang yang akan memungkinkan negara-negara yang terampas untuk akhirnya bisa berdiri sendiri. Kita harus menyusun rencana dimana negara-negara tersebut dapat memanfaatkan sumber daya dan aset mereka sendiri untuk kemajuan rakyat mereka, sehingga mereka dapat mandiridan benar-benar independen.”

Beliau melajutkan bahwa semua layanan kemanusiaan harus diberikan tanpa pamrih bukan untuk kepentingan pribadi atau keserakahan. Beliau menjelaskan Jamaah Muslim Ahmadiyah terus terlibat dalam upaya membantu masyarakat atau negara miskin dan tersisihkan, dan telah meluncurkan proyek penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan untuk mereka yang membutuhkan tanpa memandang latar belakang sosial atau agama. Huzur melanjutkan dengan mengatakan bahwa satu masalah penting yang dihadapi dunia saat ini adalah cara dimana banyak media barat telah berlaku tidak adil dalam penggambaran mereka tentang Islam.

Perilaku kejam dan tirani yang diterapkan oleh penguasa di beberapa negara Muslim digambarkan sebagai bagian yang didukung oleh Islam. Inilah yang menyebabkan rasa takut dan bahkan kebencian terhadap Islam di Barat. Huzur mengatakan: “Untuk waktu yang lama media telah menyoroti secara khusus masalah yang dihadapi di banyak negara-negara muslim. Namun, ketika memberi liputan media juga harus menampilkan arah perspektif atau konteks yang sayangnya pada banyak kesempatan ini sangat kurang. Yang sebenarnya adalah bahwa Islam dilarang keras dalam tindakan terorisme atau ektrimisme dalam bentuk apapun. Ajaran Islam dalam hal ini adalah mutlak dan tanpa kecuali.” Huzur menyimpulkan pidatonya dengan memprediksi bahwa peresmian Masjid Baitul Aman akan dengan sendirinya menyebabkan perubahan persepsi di benak masyarakat tentang Islam.

Beliau mengatakan: “Saya yakin bahwa citra Islam yang terdistorsi yang saat ini ada di benak sebagian orang akan segera diganti dengan gambar-gambar yang benar-benar indah yang menggambarkan ajaran Indah Islam. Seperti gambar yang bersinar cerah, masjid kita akan benar-benar menjadi suar cahaya yang menerangi sekitarnya. Dan tentu insyallah, saya percaya bahwa pesan yang tulus dan cinta akan datang untuk memenangkan hati mereka yang menentang kita. Dan semoga Anda semua datang untuk bergabung dan membantu misi kami untuk membangun perdamaian di dunia dan untuk melayani kemansiaan.” [], Penerjemah Jusman

Berita Aslinya bisa dilihat di: http://www.alislam.org/egazette/press-release/another-ahmadiyya-mosque-inaugurated-by-world-muslim-leader

Versi terjemahannya bisa dilihat di: http://agama-islam.org/peresmian-masjid-baitul-aman-london; www.alislam.org/e/1629

Kamis, 05 Januari 2012

Kabupaten Wonosobo (18/12/11) kembali Berduka, bencana tanah longsor menerpa Desa Tieng, Kec. Kejajar, Wonosobo.

Senin (19/12/11) sehari pasca Bencana, segera kami mengadakan rapat koordinasi JAI Jateng bagian Barat bertempat di sekretariat JAI cabang kec. Bawang kab. Banjarnegara.

Rapat dadakan tsb dihadiri para pengurus wilayah dan para muballighin. Guna mengetahui kondisi terbaru di lokasi bencana, selain kami mendakan survei, juga mengadakan kontak dengan ketua GP Anshor kab. Wonosobo, sdr. Amir. Sehngga rapat pun mendapatkan gambaran pasti untuk menentukan langkah-langkah Tanggap Bencana dan pengkidmatan kemanusian (serving mankind).

Untuk itu sedikit disini disampaikan laporannya.

Jemaat Ahmadiyah Indonesia wilayah Jawa Tengah Bagian Barat dan Humanity First Indonesia selama 7 hari telah ikut mengkgidmati korban Bencana Banjir Bandang dan tanah Longsor di dusun Sidorejo desa Tieng kec. Kejajar kabupaten Wonosobo (Pegunungan Pakuwojo, Dieng). Diantara pengkhidmatan yang dapat dilakukan oleh JAI dan HFI a.l: membantu kebutuhan logistik, akomodasi dan membantu membuka Dapur Umum. Tidak banyak yang dapat dilakukan, semoga Allah Ta'ala menganugrahkan para korban bencana tsb ketabahan dan kekuatan serta cepat pulih dari derita mereka. Amin.

Kami sampaikan ucapan terimakasih yang mendalam untuk semua pihak yang telah membantu: Jemaat Ahmadiyah kab. Wonosobo, Lajnah Imaillah Indonesia Jateng (kaum wanita JAI), Majlis Ansharullah (kaum bapak JAI), Khudamul Ahmadiyah (pemuda JAI), para muballighin JAI, semua warga JAI Jateng dan DIY, Tim Humanity First Indonesia pusat, serta para pihak lainnya yang ikut mensukseskan pengkhidmatan kemanusiaan di Tieng tsb. (Sajid AS)
Wonosobo, Sabtu (31/12/11) ditengah hujan yang menyelimuti malam pergantian tahun 2011 ke 2012, Komunitas Lintas Iman Wonosobo menggelar refleksi dua tahun meninggalnya Gus Dur dan doa bersama di kantor sekretariat FKMD. Acara yang dimulai pukul 20.30 WIB tersebut diikuti oleh para tokoh agama se-kabupaten Wonosobo, PMII, seniman, komunitas Orang Indonesia (OI), Jemaat Ahmadiyah yang diwakili penulis dan mubaligh Sajid Ahmad Sutikno.

Mengawali pertemuan tersebut, coordinator acara, ketua FUB Haqqi El-Anshary menyampaikan catatan rentang waktu tahun 2011. Banyak kejadian pelanggaran hukum dan HAM mewarnai negeri ini seperti insiden GKI Yasmin, kemudian baru-baru ini di bulan Desember telah terjadi tragedi kemanusiaan kekerasan terhadap teman-teman Syiah di Madura. Kemudian yang paling terdepan dan paling sering mendapat tindak intimidasi dan kekerasan adalah saudara kita dari Jemaat Ahmadiyah.

Haqqi El-Anshary juga mengatakan, acara itu diadakan untuk mengenang perjuangan almarhum Gus Dur dalam menyebarkan nilai pluralisme di Indonesia semasa hidupnya. Gus Dur merupakan Bapak Bangsa dan Bapak Pluralisme di Indonesia yang harus dikenang agar semangat juangnya dapat diikuti oleh generasi penerus.

Menurut Kyai Ahmad Fadlun, Ketua FKMD, realitas keberagamaan di Indonesia masih jauh dari ajaran pluralisme yang dikembangkan Gus Dur. Kekerasan berbau agama masih mewarnai kehidupan bangsa. Karena itu, beliau mengatakan, gerakan pluralisme harus digalakkan, yakni mengajak semua elemen masyarakat untuk duduk bersama membangun kesepahaman tentang kehidupan bangsa yang lebih baik. "Refleksi dua tahun wafatnya Gus Dur dan malam pergantian tahun ini semoga menjadi awal yang baik untuk membangun kehidupan bangsa,"

Kyai Fadlun juga mengatakan bahwa FKMD adalah wadah semua kalangan Islam maupun non-Islam, karena ia merupakan lembaga agama dan keagamaan. Dalam menggodok kurikulum madrasah diniyah, TPA dll kami akan melibatkan semua elemen termasuk Jemaah Ahmadiyah, dan hal ini sudah disetujui bapak Bupati. Soal Ahmadiyah, pernah ada SMS gelap kepada saya agar dalam pertemuan-pertemuan formal jangan sebut-sebut nama Ahmadiyah, karena Ahmadiyah kan sesat. Saya dengan gregetan langsung telpon, dan bertanya siapa anda, rumah anda dimana, saya akan dating ke rumah anda sekarang juga. Tujuan saya menjelaskan agar tidak ribut-ribut jika tidak paham Ahmadiyah, kan sudah jelas bahwa Ahmadiyah itu Islam. “Kita akan terus sosialisasikan hingga ke grass root pentingnya hidup rukun, saling menghormati, dan tidak usah urusi perbedaan paham” tambahnya.

Sedangkan Penasihat Walubi Wonosobo, Lukito mengatakan, pihaknya mengutuk segala bentuk kekerasan dalam berkehidupan bangsa dan bernegara yang selama ini ada. Kekerasan hanya akan melahirkan masalah baru yang mengancam integritas bangsa. Karena itu, pluralisme sebagaimana yang diajarkan Gus Dur harus dikembangkan terutama dikalangan generasi muda.

Suster Tutut menambahkan, segala bentuk perbedaan harus dimaknai sebagai nikmat dan karunia Tuhan sehingga tidak menimbulkan gejolak sosial. "Beda itu indah, tetapi membedakan itu jahat," tandasnya.
Perwakilan Jemaat Ahmadiyah pun dapat giliran menyampaikan catatan di tahun 2011. “Bagi JAI tahun 2011 merupakan tahun paling berat hadapi permasalahan hukum, tercatat 342 lebih kasus kekerasan dialami Ahmadiyah. Belum lagi bermunculan Perda-perda pelarangan yang semakin mendiskriminasikan JAI. Dan itu lebih diperparah dengan adanya tragedi Cikeusik berdarah dan memakan 3 korban warga Ahmadiyah. Jauh dari rasa keadilan, pelaku pembunuhan hanya dihukum 3-6 bulan sedangkan korban JAI justru lebih berat. Belum lagi warga Ahmadiyah sampai malam ini jelang pergantian tahun baru masih juga hidup di pengungsian Transito, tidak ada solusi terbaik dari pemerintah, bahkan terkesan adanya pembiaran. Tapi biarlah warga Ahmadiyah menjadi bukti sejarah dan saksi, bahwa begitu lemahnya hokum dan perlindungan Negara terhadap warganya di tahun 2011, sehingga ada ratusan anak bangsa sampai hari ini menjadi pengungsi di negerinya sendiri hanya karena keyakinan yang dianutnya.

Untuk itu mari kita tauladani seorang Gus Dur sebagai bapak Pluralisme Indonesia. Semasa hidupnya, Gus Dur mengajarkan, dengan hadirnya beragam agama dan keyakinan menunjukan bahwa inilah Indonesia. Wajah asli Indonesia adalah keberagaman, kebhinekaan, wajah yang membentuk pluralisme yang mengedepankan nilai kebersamaan dan kedamaian.

Kami ingin mengulang pesan bapak Bupati Wonosobo, bahwa “kita jangan menghabiskan energi berkutik dalam ranah perbedaan paham saja, dan melupakan tujuan lainnya yang lebih besar dan bermanfaat. Untuk itu kata beliau, mari semua kalangan, para tokoh agama, tokoh ormas termasuk para tokoh Jemaah Ahmadiyah, kita lupakan perbedaan, dan mari kita lebih majukan Wonosobo bersama-sama. (hadirin pun tepuk tangan). Selain itu, mari kita selalu amalkan pesan “Love for all hatred for none”, inilah slogan Ahmadiyah di seluruh dunia dalam menyampaikan Islam dan kedamaian dunia. Mari terus kita rawat kedamaian dan kerukunan di Indonesia kecil seperti Wonosobo ini. Semoga kerukunan dan keharmonisan di Wonosobo mampu menjadi sample bagi daerah lainnya di Indonesia, yang selalu menjunjung tinggi toleransi, keberagaman dan kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Pada sesi akhir acara, disampaikan agar acara FUB yang sudah berjalan itu pun diadakan di banyak tempat hingga menyentuh masyarakat desa se-kabupaten Wonosobo sebagai sarana menyampaikan pesan kedamaian, agar tetap terpelihara hidup damai dan harmonis tidak sampai ada gejolak. Hadirin semua sepakat akan diadakan bergilir tiap bulannya pada minggu kedua di banyak komunitas se-Wonosobo termasuk komunitas Ahmadiyah.

Acara pun diakhiri dengan doa bersama dengan tata cara masing-masing perwakilan tokoh lintas agama, dimulai dari Suster Sisca (Perwakilan Katholik), Bapak Lukito (Perwakilan dari Walubi), kemudian dari agama Islam dipimpin dua tokoh agama secara bergantian: pertama dari Jemaat Ahmadiyah oleh mubaligh Sajid Ahmad Sutikno dan kedua adalah perwakilan dari Nahdlatul Ulama Kyai Imdad, S.Ag. []