"Janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa.”

(Al-Maidah ayat 8).

Senin, 30 Desember 2013

Bupati kabupaten Wonosobo Drs.H. Abdul Khaliq Arif, M.Si telah hadir di Peace Symposium 2013 (Simposium Damai) di Hotel Mandarin Oriental Marina Bay Singapura pada Sabtu, 28 September 2013 yang diadakan Jemaat Ahmadiyah yang juga telah dihadiri para tokoh Lintas Agama se-Asia Tenggara. Bupati Berjabatan tangan dengan Imam Tertinggi Jemaat Islam Ahmadiyah Internasional Khalifatul Masih V atba Hadhrat Mirza Masroor Ahmad 

Rabu, 04 September 2013

Kerukunan umat beragama di Wonosobo merupakan aplikasi dari masing-masing ajaran Kitab Suci agama-agama terutama agama Islam. Islam mengajarkan hidup tukun dan damai kepada umat manusia. Makna Islam sediri adalah damai dan harmonis. Love for all Hatred For None. O ya,Maafkanlah saudaramu yang bersalah padamu, pemberian maaf itu lebih bijak dan menunjukan kedalaman agama seseorang, dari pada berkepanjangan merawat pertikaian dan perselisihan.Oleh karena itu, kami mohon maaf jika dalam sikap dan tutur kata ada kesalahan.

Minggu, 25 Agustus 2013

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wa baraakatuhu!
Bapak Gubernur, mohon izin kami menyampaikan prakata dalam silaturrahim yang sangat penting dan telah lama kami nantikan ini.

Pertama, izinkan kami memperkenal diri kepada Bapak Gubernur. Saya, H.M. Arief Syafi’ie, Ketua DPW Jemaat Ahmadiyah Jawa Tengah. Disamping kanan saya, H.M. Syaeful ’Uyun, Mubaligh Wilayah Jemaat Ahmadiyah Jawa Tengah.  Bersama kami hadir pula Nazim Wilayah Ansharullah Jemaat Ahmadiyah Jawa Tengah,  yang juga merangkap sebagai Ketua Jemaat Kota Semarang, Bapak Agus Supriyanto, Ketua Wilayah Majlis Khudamul Ahmadiyah Jawa Tengah, Sdr. Roy Ataul Jamil, Ketua Daerah Lajnah Imaillah Jemaat Ahmadiyah Jawa Tengah, Ibu Titis A Somad, dan Ibu Detri Sulistiawati.
Dan, bersma kami hari ini, hadir pula beberapa perwakilan DPD dari beberapa daerah. Ada Mln. Syamsul Ulum, perwakilan DPD Kabupaten Banyumas. Ada Mln. Nurhadi, perwakilan DPD Kabupaten Banjarnegara, ada Mln. Ahmad Sutikno dan Mln. Ahmad Sanusi, perwakilan DPD Kabupaten Wonosobo, ada Mln. Firman Ali Syah, perwakilan DPD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
Kedua, atas nama DPW dan seluruh anggota Jemaat Ahmadiyah Jawa Tengah, kami haturkan terimakasih kepada Bapak Gubernur, yang telah berkenan menerima kami, hari ini, dengan segala kehormatan. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala, mencatat kebaikan Bapak Gubernur menerima kami hari ini, sebagai sebuah hasanat, dan membalas kebaikan  Bapak Gubernur dengan berlimpah kebaikan. Kami berdoa, semoga Bapak Gubernur senantiasa  diberi kesehatan yang sempurna, diberi karunia umur yang panjang, dan diberi karunia sukses memimpin Jawa Tengah. Amien!
Ketiga, atas nama DPW dan seluruh anggota Jemaat Ahmadiyah Jawa Tengah, kami mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya dan sedalam-dalamnya, atas kebijakan Bapak Gubernur yang tidak melarang aktivitas Jemaat Ahmadiyah di wilayah Jawa Tengah. Pada hemat kami, inilah kebijakan yang sangat arif dan bijaksana, kebijakan yang sangat adil, dan kebijakan yang mencerminkan mengerti hakikat sejatinya bangsa Indonesia, mencerminkan mengerti hakikat sejatinya NKRI, mencerminkan mengerti hakikat sejatinya Bhineka Tunggal Ika, mencerminkan mengerti hakikat sejatinya Pancasila, dan mencerminkan mengerti hakikat  sejatinya UUD 1945.  Harapan kami, semoga kebijakan Bapak Gubernur ini berjalan seterusnya, bersifat final dan permanen, sehingga kebijakan Pemprop Jateng – dalam hal ini Bapak Gubernur, dalam menyikapi Ahmadiyah, dapat dijadikan contoh atau model, dalam menyelenggarakan negara, dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,  diseluruh wilayah NKRI.
Keempat, atas nama DPW dan seluruh anggota Jemaat Ahmadiyah Jawa Tengah, izinkan kami menyampaikan informasi tentang eksistensi dan keyakinan Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Informasi ini kami sampaikan selain untuk diketahui dan dimaklumi Bapak Gubernur, juga kami sampaikan sebagai upaya mengakhiri polemik, miskomunikasi dan misinformasi tentang Jemaat Ahmadiyah Indonesia, yang sejak tahun 2005, berkembang dalam wacana publik tanah air, sbb :

1. Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), adalah organisasi legal formal berbadan hukum dengan SK Meneteri Kehakiman RI No. JA.5/23/13 Tgl.13-3-1953.
2. Jemaat Ahmadiyah Indonesia, yang legal formal berbadan hukum dengan SK Meneteri Kehakiman RI No. JA.5/23/13 Tgl.13-3-1953. itu, Dalam Anggaran Dasar perubahan 1989, yang disahkan oleh notaris Lindasari Bachroem, SH, dan dimuat dalam Tamabahan Berita – Negara R.I. tanggal 15/8 – 1989 No. 65, ialah Jemaat Ahmadiyah Indonesia,  sbb :

Bab I
Nama, Tempat Kedudukan dan Waktu
Pasal 1
1. Jemaat Ahmadiyah di Indonesia bernama Jemaat Ahmadiyah Indonesia
2. Jemaat Ahmadiyah Indonesia terdaftar di Jakarta dan bertempat kedudukan di Parung Bogor
3. Jemaat Ahmadiyah Indonesia didirikan pada tahun 1925 (seribu sembilan ratus dua puluh lima) untuk waktu yang tidak ditentukan dan telah disahkan sebagai Badan Hukum dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.J.A.5/23/13 tanggal tiga Maret seribu sembilanratus limapuluh tiga dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 26 tanggal tigapuluh satu Maret seribu sembilanratus lima puluh tiga.

Bab II
Asas
Pasal 2
Jemaat Ahmadiyah Indonesia berasaskan Pancasila
Bab III
Tujuan
Pasal 3
1. Jemaat Ahmadiyah Indonesia menghayati, mengamalkan dan mengamankan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (seribu sembilan ratus empat puluh lima)
2. Jemaat Ahmadiyah Indonesia bertujuan :
a. Mengembangkan Agama Islam, ajaran Nabi Muhammad shallallaahu Alaihi Wasalam menurut Al-Quran, Sunnah dan Hadits.
b. Membina dan memelihara persatuan dan kesatuan Bangsa serta meningkatkan kemampuan para anggautanya baik dalam bidang sosial, pendidikan, kebudayaan, akhlak, amal bakti maupun kerohanian.

Bab IV
Usaha
Pasal 4
1. Untuk mencapai tujuan tersebut Jemaat Ahmadiyah Indonesia :
a. Berpartisipasi dalam usaha pembangunan Bangsa dan Negara Republik Indonesia.
b. Mengembangkan agama Islam dengan lisan, tulisan dan amal baik
c. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan, ceramah-ceramah serta penerbitan dan siaran-siaran.
d. Menjalankan kegiatan lain yang sah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
3. Sesuai dengan Anggaran Dasar Jemaat Ahmadiyah Indonesia Bab III, Pasal 3 (2a), Jemaat Ahmadiyah Indonesia, berakidah sesuai dengan akidah enam Rukun Iman, dan beribadah sesuai dengan lima Rukun Islam. Sumber pokok Ajaran Ahmadiyah adalah Al-Quran al-Karim dan Sunnah Nabi Muhammad  SAW,. (Hadits)
4. Jemaat Ahmadiyah Indonesia, mempercayai dan meyakini dengan teguh, bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, adalah Khootaman-Nabiyyiin, penutup segala Nabi, tidak ada lagi Nabi setelah Nabi Muhammad Saw; baik nabi lama maupun nabi baru. Kepercayaan dan keyakinan yang di anut Jemaat Ahmadiyah Indonesia ini sesuai dengan petunjuk Al-Quran  Surah Al-Ahzab, 33:40, dan sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan yang diajakarkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dan Para Khalifahnya, diantaranya, sbb :

a) Dalam buku Taqrir wajibul I’lan, terbit tahun 1891, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, menuslis :
“Dengan sungguh-sungguh saya percaya bahwa Nabi Muhammad SAW., adalah Khatamul Anbiya. Seorang yang tidak percaya pada Khatamun Nubuwwah beliau (Rasulullah SAW), adalah orang yang tidak beriman dan berada diluar lingkungan Islam”.

b) Dalam buku  Izalah Auham, terbit 1891, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, menulis :
“Inti dari kepercayaan saya ialah: Laa Ilaaha Illallaahu, Muhammadur-Rasulullaahu (Tak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah). Kepercayaan kami yang menjadi pergantungan dalam hidup ini, dan yang pada-Nya kami, dengan rahmat dan karunia Allah, berpegang sampai saat terakhir dari hayat kami di bumi ini, ialah bahwa junjungan dan penghulu kami, Nabi Muhammad SAW., adalah Khaataman-Nabiyyin dan Khairul Mursalin, yang termulia dari antara nabi-nabi. Di tangan beliau hukum syari’at telah disempurnakan. Karunia yang sempurna ini pada waktu sekarang adalah satu-satunya penuntun ke jalan yang lurus dan satu-satunya sarana untuk mencapai “kesatuan” dengan Tuhan Yang Maha Kuasa”.

c) Dalam Buku Taudhih Marram, terbit 1891, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, menulis :
“Martabat luhur yang diduduki junjungan dan penghulu kami, yang terutama dari semua manusia, Nabi yang paling besar, Hadhrat Khatamun-Nabiyyin SAW., telah berakhir dalam diri beliau yang didalamnya terhimpun segala kesempurnaan dan yang sebaliknya tak dapat dicapai manusia”.

d) Dalam Buku Bahtera Nuh, terbit 1902, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, menulis :
“Apa yang Tuhan kehendaki dari dirimu berkenaan dengan segi kepercayaan hanyalah demikian : Tuhan itu Esa dan Muhammad SAW., adalah nabi-Nya serta Khatamul Anbiya, lagi beliau adalah termulia”.

e) Dalam Buku Tuhfatu Baghdad, hal 23, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, menulis:
“Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya kami beriman kepada Allah sebagai Tuhan, dan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang nabi, serta kami beriman, beliau adalah Khaataman-nabiyyin”.

f) Dalam Anjam-e-Atham, hal. 27-28, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, menulis:
“Dan hakikat yang sebenarnya, saya berikan kesaksian sepenuhnya, Nabi kita, Muhammad SAW, adalah Khaatamul Anbiyaa dan sesudah beliau SAW, tidak ada lagi nabi yang datang, (yakni nabi) yang lama maupun baru. Barangsiapa berkata sesudah Rasulullah SAW, bahwa “Aku adalah nabi dan rasul dalam makna hakiki, sedangkan dia berdusta dan meninggalkan Al-Quran serta hukum-hukum syariat yang mulia, berarti dia kafir dan pendusta”.

g) Dalam Buku Mazharnamah, hal. 106, Hadhrat al-Hafiz Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III ra, menulis :
“Yang Mulia, Muhammad Rasulullah SAW., adalah satu-satunya dalam kedudukan Muhammadiyat beliau. Selain beliau tidak ada orang lain yang memperoleh kedudukan itu. Beliau SAW adalah Khaataman Nabiyyin. Dan dari segi pengangkatan/ketinggian rohani, beliau SAW, adalah nabi terakhir. Beliau SAW, sudah menjadi nabi terakhir sejak saat Adam as, belum menjadi nabi, dan bahkan sejak beliau SAW, belum di anugrahi wujud jasmani”.
5. Jemaat Ahmadiyah Indonesia, mempercayai dan meyakini, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Ahmadiyah, bukan nabi seperti yang diisukan, disangkakan, dan dipropagandakan beberapa kalangan umat Islam non-Ahmadiyah. Dan, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Ahmadiyah, juga menolak disebut nabi seperti yang diisukan, disangkakan, dan dipropagandakan beberapa kalangan umat Islam non-Ahmadiyah itu. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, berkata :  “Tuduhan yang dilemparkan kepada saya ialah bahwa bentuk kenabian yang saya akui buat diri saya menyebabkan saya keluar dari Islam. Dengan perkataan lain saya dituduh mempercayai bahwa saya adalah nabi yang berdiri sendiri, seorang nabi yang tak perlu mengikuti Al-Quran Suci, dan bahwa kalimah saya lain dan qiblat saya berubah. Juga saya disangkakan menghapus syariat dan memutuskan tali kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW,. Tuduhan itu sama sekali palsu. Sesuatu pengakuan kenabian seperti itu adalah kufur; ini jelas. Bukan hanya kini, tetapi dari sejak permulaan sekali, saya selalu mengemukakan dalam buku-buku saya, bahwa saya tidak mengakui kenabian seperti itu untuk saya. Itu sama sekali adalah tuduhan kosong dan suatu cercaan terhadap saya. (Akhbar-i-Am, 26 Mei 1908, hal. 7; Tabligh-i-Risalat, t.t., hal. 132)
6. Jemaat Ahmadiyah Indonesia, sesuai dengan pernyataan ikrar bai’at, mempercayai dan meyakini, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Ahmadiyah, adalah Imam Mahdi dan Al-Masih al-Mau’ud (Al-Masih Yang Dijanjikan), yang kedatangannya telah dikabarghaibkan oleh Rasulullah Muhammad Shalalaahu ‘alaihi wa sallam. Jemaat Ahmadiyah Indonesia, juga mempercayai dan meyakini, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Ahmadiyah, adalah Mujaddid abad XIV H, Zhillun-Buruzun-Ummatun-Warasatun-Nabi Muhammad SAW., atau yang dalam istilah Ahli Sunnah wal Jamaah dikenal  sebagai al-Warastul Anbiya –pewaris para nabi. Hadhrat Mirza Ghulama Ahmad, berkata : “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menjadikanku Mazhar (penampakkan) bagi seluruh nabi dan dinisbatkan (Allah) kepadaku nama-nama mereka : saya Adam, saya Syits, saya Nuh, saya Ibrahim, saya Ishaq, saya Isma’il, saya Ya’qub, saya Yusuf, saya Isa, saya Musa, saya Daud, dan saya adalah penampakkan sempurna (mazhar kamil) dari Muhammad SAW, artinya saya adalah bayangan dari Nabi Muhammad Shalalaahu ‘alaihi wa sallam”. (Haqiqot al-Wahyi, Qodiyan, 1934, hal.72)
7. Jemaat Ahmadiyah Indonesia mempercayai dan meyakini, keyakinan akan datangnya Imam Mahdi dan Al-Masih al-Mau’ud (Al-Masih Yang Dijanjikan), bukan monopoli keyakinan Ahmadiyah, melainkan merupakan keyakinan umum umat Islam, baik sunni maupun syi’i. Tentang kedatangan Imam Mahdi, Syekh Abdul Aziz bin Baaz, ‘Ulama terkemuka Rabithah ‘Alam Islami, menyatakan : “Adapun mengingkari sama sekali kedatangan Mahdi yang dijanjikan, sebagaimana  anggapan sementara golongan mutaakhirin adalah pendapat yang salah. Karena Hadits hadits tentang kedatangannya di akhir zaman dan tentang ia akan mengisi bumi ini dengan keadilan dan kejujuran, karena telah penuh kezaliman, adalah mutawatir dari segi isi dan artinya dan terdapat dalam jumlah banyak.” (‘Akhbaarul ‘Alamil Islaami, 21 Muharram tahun 1400 Hijriyah hal. 7). Mufti Mesir, menyatakan : “Beriman kepada datangnya Imam Mahdi itu wajib, sebagaimana telah dibenarkan oleh para Ulama dan telah dijelaskan dalam aqidah-aqidah Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah dan juga diakui oleh Ahlusy-Syi’ah.”  (Lawami’ul-Anwaril-Bahiyah, 1882, Juz II, hal. 84). Tentang kedatangan Nabi Isa as, di akhir zaman, ‘Alim-‘ulama yang tergabung dalam Nadlatul ‘Ulama (NU), menyatakan : ”Kita wajib berkeyakinan bahwa Nabi Isa as, itu akan diturunkan kembali pada akhir zaman nanti sebagai Nabi dan Rasul yang melaksanakan syariat Nabi Muhammad SAW., dan hal itu, tidak berarti menghalangi Nabi Muhammad sebagai Nabi yang terakhir, sebab Nabi Isa as, hanya akan melaksanakan syariat Nabi Muhammad S.A.W. Sedangkan mazhab empat pada waktu itu hapus (tidak berlaku)”   (Ahkam al Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Diantama LTN-NU, Cet. Ketiga, Pebruari 2007: 47-48, Pengantar : DR. KH. MA. Sahal Mahfudh, Ketua Umum MUI - Majlis ‘Ulama Indonesia).
8. Jemaat Ahmadiyah Indonesia mempercayai dan meyakini, kepercayaan dan keyakinan yang di anut Jemaat Ahmadiyah Indonesia bersumber pada Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wa sallam (Hadits), sesuai dengan qaul ‘ulama shalafus-shalih dan ‘ulama mutaakhirin, dan kepercayaan dan keyakinan pokok Jemaat Ahmadiyah Indonesia sama dengan kepercayaan dan keyakinan pokok umat Islam pada umumnya di Indonesia, bahkan dengan umat Islam di seluruh dunia. Kesamaan itu antara lain, Imam Mahdi dan Nabi Isa a.s. wajib diyakini kedatangannya di akhir zaman. Kedatangan Imam Mahdi dan Nabi Isa as, tidak menghalangi Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wa sallam sebagai nabi yang terakhir (Khaataman Nabiyyin), sebab Imam Mahdi dan Nabi Isa a.s. hanya akan meleksanakan syari’at Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wa sallam. Dengan demikian, Jamaat Ahmadiyah meyakini, kepercayaan yang di anut Jemaat Ahmadiyah Indonesia, tidak menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama Islam, tidak sesat dan menyesatkan, serta tidak menodai agama Islam - sebagaimana telah keliru disinyalir oleh beberapa kelompok masyarakat Islam di Indonesia.
9. Sebagai Islam, dan sebagai organisasi yang mengusung missi : Yuhyiddiina wa yuqiimusy-syari’ah – menghidupkan kembali agama dan menegakan syariat Islam, dan sebagai jamaah yang telah menyatakan ikrar : akan mendahulukan kepentingan agama diatas kepentingan dunia, serta sesuai dengan Firman Allah Subhaanahu wa Ta’alaa : Aslim, qaala aslamtu li rabbil ‘aalamiin (Al-Baqarah, 2:131), Jemaat Ahmadiyah Indonesia akan berusaha maksimal mengamalkan seluruh ajaran Islam (Al-Quran), dan Sunnah Nabi Muhammad Shalallaahu ‘alaihi wa sallam. Dalam kepercayaan dan keyakinan Jemaat Ahmadiyah, menyimpang sehelai rambut pun dari petunjuk Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, adalah penyelewengan yang tak dapat dibenarkan.
10. Sebagai umat Islam, dan sebagai warga negara, bagi Jemaat Ahmadiyah Indonesia, taat kepada Allah, taat kepada Rasul, dan taat kepada Pemerintahan yang syah, sesuai dengan petunjuk Al-Quran : Athii’ullaaha wa atii-ur-Rasuula wa uulil amri minkum (An-Nisa, 4:59), adalah wajib hukumnya. Dan, bagi Jemaat Ahmadiyah Indonesia, sebagai umat Islam dan sebagai warga negara bangsa Indonesia, NKRI, Pancasila, dan UUD 1945, adalah harga mati. Demi menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI, demi Pancasila, dan UUD 1945, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, setiap saat, kapan diperlukan, siap mempertaruhkan jiwa, raga, harta, waktu dan kehormatan.
11. Penjelasan ini bersifat final. Penjelasan ini dibuat dengan sesungguh-sungguhnya, sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan real Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Dan, karena penjelasan ini bersifat final, maka penjelasan ini diharapkan dapat mengakhiri polemik, miskomunikasi dan misinformasi tentang Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang selama ini mengemuka dalam wacana publik tanah air. Bagi yang telah mendengar penjelasan ini, tetapi masih juga beranggapan, Ahmadiyah berada diluar Islam, sesat dan menyesatkan, Ahmadiyah menodai agama, maka urusannya adalah dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
12. Akhirnya, kepada Allah jualah kembali segala urusan, dan hanya Allah jualah yang mengetahui, siapa yang berada dalam kesesatan dan siapa yang berada dalam hidayah-Nya.

Demikian Bapak Gubernur penjelasan yang dapat kami sampaikan, semoga Bapak Gubernur menjadi maklum dan mengetahui adanya. Mohon maaf, jika dalam penjelasan ini ada kata yang tidak berkenan, dan mohon maaf jika penjelasan ini agak berkepanjangan.


Semarang,   24 Mei 2011
Wassalaam yang lemah,
DPW Jemaat Ahmadiyah Indonesia Jawa Tengah

(H.M. Arief Syafi’ie)
          Ketua






Man syarifal quraana syarifallahu fissamaaa, Barangsiapa yang memulyakan Alquran, maka Allah akan memulyakannya di langit.

Banyak yang menuduh jika Ahmadiyah memiliki kitab suci bernama Tadzkirah. Hal itu merupakan fitnah! Tadzkirah bukanlah kitabnya, orang Ahmadiyah, kitab suci orang Ahmadiyah adalah al-Quran. Di setiap dinding rumah orang Ahmadiyah tidak akan dijumpai satu pun kitab suci selain al-Quran. Demi Allah swt, setiap hari kami mengaji dan memuthala’ah al-Qura’an. Bacaan kami dalam shalat pun al-Qura’an. Pendiri Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad berkata bahwa:
 
“…. Aku mengajarkan bahwa untuk petunjuk jalan bagi kamu, Tuhan telah memberikan kepada kamu 3 hal. Yang pertama, ialah Quran Syarif,
yang mengutarakan Keesaan Tuhan di dalamnya, Kegagahan-Nya dan Kebesaran-Nya, serta olehnya diputuskan pertentangan dan kekeliruan paham mengenai terbunuhnya Nabi Isa Ibnu Maryam di atas salib dan bahwa beliau seorang terkutuk”.

Demikian pula Quran Syarif melarang kamu agar jangan memuja apa pun selain Allah, baik berupa benda, manusia, hewan, matahari, bulan, sesuatu benda langit lainnya, atau pun diri kamu sendiri. Karena itu berhati-hatilah jangan melangkah selangkah pun yang bertentangan dengan ajaran Tuhan dan petunjuk Quran Syarif. Aku berkata dengan sungguh-sungguh bahwa barangsiapa yang mengabaikan sebuah saja dari ke-700 hukum Ilahi berarti menutup pintu keselamatan baginya dengan tangannya sendiri. Jalan keselamatan yang hakiki dibuka hanya oleh Quran Syarif saja, sedangkan yang lainnya semuanya itu hanya bayangan semata. Karena itu hendaknya mempelajari Quran Syarif dengan pemikiran yang dalam, dan hendaknya kamu mencintainya begitu rupa mendalam seperti kamu tidak pernah mencintai apa pun sebesar itu. Sebab sebagaimana Tuhan berfirman kepadaku:
Al-khairu kulluhu fil quran, “Segala macam kebaikan terletak di dalam Al-Quran”.
          Sayang sungguh orang-orang itu, yang lebih mengutamakan barang lain selain Quran Syarif. Segala falah (sukses) penghidupan kamu serta najat (keselamatan) kamu sumbernya terletak di dalam Quran Syarif. Tidak satu pun dari kebutuhan-kebutuhan ruhani bagi kamu yang tidak terdapat di dalam Quran Syarif.

Saksi pada Hari Kiamat yang membenarkan mau pun yang menyangkal keimanan kamu adalah Quran Syarif. Di kolong langit ini tidak ada sebuah kitab pun -- kecuali Quran syarif -- yang dapat memberikan petunjuk secara langsung. Tuhan telah begitu baik hati kepada kamu dengan menganugerahkan sebuah kitab suci seperti Quran Syari." (Ajaranku, hal. 42-53).

“Sama sekali tidak mungkin mendapat keberhasilan tanpa mengikuti ajaran Alquran, jika seseorang berfikir sebaliknya, itu hanyalah semata-mata khayalan; orang-orang duniawi mengejar keberhasilan macam ini.” (Malfuzhat, Vol, II, hal. 157, Cet. Add. Nazhir Isyaat 1984).
“Di masa kita, ada pertanyaan yang muncul: Apa sebab-sebab yang mengakibatkan kemunduran Islam, dan apa pula sarana-sarana yang melaluinya timbul jalan keluar bagi kemajuannya? Orang-orang telah memberikan berbagai macam jawaban atas hal itu sesuai dengan pemikiran masing-masing. Namun, jawaban yang benar adalah bahwa kemunduran itu terjadi karena meninggalkan Alquran. Dan, hanya dengan melakukan perbuatan yang sesuai dengannya Alquran-lah kondisinya akan menjadi baik.” (Malfuzhat, Vol. V, hal. 256, Cet. Add. Nazhir Isyaat 1984).

Selanjutnya beliau menjelaskan, “Ini adalah suatu Kitab yang selaras dengan kodrat. Sebagaimana difirmankan: Fiihaa kutubun qoyyimah (Al-Bayyinah, 98 : 4). Ini adalah lembaran-lembaran yang di dalamnya terdapat seluruh kebenaran. Betapa beberkatnya Kitab ini dimana di dalamnya terkandung segala sarana untuk mencapai derajat yang paling tinggi.” (Malfuzhat, Jld. I, hal. 39, Cet. Add. Nazhir Isyaat 1984). Maka dari itu, beliau mengajak umat manusia untuk memahami dan melaksanakan ajaran Alquran.

Beliau bersabda: “Aku tidak menyuruh manusia kecuali dengan Alquran dan kembali kepada Alquran serta taat kepada Tuhan yang kepada-Nya mereka akan dikembalikan.” (‘Ainah Kamalati Islam, hal. 486).
http://awwabblog.blogspot.com/2002/02/al-quran-bukan-kitab-suci-ahmadiyah.html


Kami meyakini bahwa tidak ada satu pun agama di dunia ini yang memiliki syahadat selain Islam. Demi Allah, di sini kami bersumpah bahwa kami muslim. Kami mendirikan shalat lima waktu sebagaimana umat Islam lainnya. Arah kiblat kami pun tidak bergeser dari ka’bah baitullah. Kami membayar zakat, berpuasa ramadhan sebulan lamanya, dan menunaikan haji ke Mekkah Al-Mukaramah. Satu lagi yang perlu diperhatikan bahwa kami tidak memiliki syahadat lain, selain:
Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadur-rasulullah
(“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Muhammad utusan Allah”)

Tidak ada satu pun agama di dunia ini yang sesempurna Islam. Sehingga syahadat tersebut sebagai bukti, jika Allah SWT mengakui dan meridhai agama ini? Berikut ini adalah penjelasan, pendiri Jemaat Ahmadiyah

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad:
“Aku ingin memperkenalkan diriku kepada mereka sebagai saksi keberadaan Tuhan.” (Malfuzhat, Vol. I, hal. 307, Cet.Add. Nazhir Isyaat 1984).

“Diriku yang lemah telah diutus ke dunia menyampaikan pesan Tuhan untuk menyatakan bahwa di antara semua agama yang ada saat ini satu-satunya yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan adalah yang dikemukakan oleh Alquran dan Laa ilaaha illallaahu Muchammadur Rasuulullaah – Tidak ada tuhan, kecuali Allah – adalah pintu untuk memasuki Rumah Keselamatan.” (Malfuzhat, Vol. II, hal. 132, Cet. Add. Nazhir Isyaat 1984).

Hal ini mudah-mudahan memperjelas bahwa kami bersyahadatkan dua kalimah syahadat  "Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadur-rasulullah" untuk memastikan bahwa kami orang Islam.[]
Akhir-akhir ini penentangan terhadap Ahmadiyah di Nusantara tercinta ini semakin keras. Bermula dari penyerangan salah-satu ormas Islam ke pusat Jemaat Ahmadiyah di Parung-Bogor, tahun 2005. Hingga penyerbuan brutal di tahun 2011 yang menewaskan tiga orang Ahmadi di Cikeusik, Pandeglang-Banten. Kebencian beberapa ormas Islam terhadap Ahmadiyah semakin tidak terarah tatkala mereka membakar dan menghancurkan Masjid yang merupakan tempat ibadah umat Islam. Bukan hanya itu mereka pun berani membakar al-Quran,
kitab sucinya mereka sendiri, hanya karena kitab tersebut berada di Masjid yang dibangun Jemaat Ahmadiyah. Kami tidak habis pikir, kenapa saudara-saudara kita dari beberapa oramas Islam itu sebegitu bencinya kepada kami?.

Bukankah nabi kita saw, sering mengajarkan bahwa umat Islam itu seperti satu tubuh, jika ada salah satu organnya yang sakit, maka bagian lainnya ikut merasakannya. Namun mengapa merekamalah menyakiti salah satu organ tubuh tersebut. Apakah kebencian itu telah sedemikianrupa, sehingga tidak ada sedikit pun rasa iba yang mereka miliki? Janganlah kebencian kepada suatu kaum atau kelompok membuat kita berlaku tidak adil dan semenah-menah[1]. Bukankah Allah SWT menciptakan kita berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan berfirqah-firqah agar kita saling mengenal dan menghormati satu sama lain[2].

Beberapa saudara kami dari ormas Islam, beralasan bahwa kami bukan bagian dari Islam. Mereka pun bersikukuh agar kami keluar dari Islam dan mendirikan agama lain. Demi Allah, di sini kami bersumpah bahwa kami muslim. Kami mendirikan shalat lima waktu sebagaimana umat Islam lainnya. Arah kiblat kami pun tidak bergeser dari ka’bah baitullah. Kami membayar zakat, berpuasa ramadhan sebulan lamanya, dan menunaikan haji ke Mekkah Al-Mukaramah. Satu lagi yang perlu diperhatikan bahwa kami tidak memiliki syahadat lain, selain:
Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadur-rasulullah
(“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Muhammad utusan Allah”)

Tidak ada satu pun agama di dunia ini yang sesempurna Islam. Sehingga untuk menunjukan kesempurnaannya, Allah SWT secara khusus menempatkannya di salah satu surah dalam a-Quran[3]. Bagaimana kami harus berpaling dari agama yang Allah SWT sendiri menyanjung, mengakui dan meridhainya?

Sungguh! Di dalam dada kami hanya ada satu agama, Islam. Sedikit pun kami tidak bergeser dari pendirian itu. Keluar saja ungkapan selain laa ilaaha illallah muhammadur-rasulullah dari bibir kami, maka haram hukumnya bagi kami. Apa yang kami ucapkan ini bukanlah sebuah bentuk kepura-puraan. Tidak terpintas dibenak kami untuk melakukan hal itu. Allah SWT yang mengetahui kesungguhan atas apa yang kami pikirkan dan ucapkan. Seseorang tidak berhak menuduh bahwa ucapan kami tersebut tidak sesuai dengan hati kami. Rasulullah saw pernah memarahi Usamah bin Zaid ra, ketika membunuh musuhnya yang mengucapkan syahadat. Usamah beralasan, orang itu hanya ingin mencari keselamatan. Maka Rasulullah saw pun berang, beliau pun bersabda:
Alaa syafaqta ‘an qalbihi
(“Mengapa engkau tidak sekalian saja membelah hatinya untuk melihatnya”)[4].

Jika saudara-saudara dari ormas Islam tetap menuduh kami bukan muslim, dengan alasan syahadat serta ibadah kami hanya sebuah bentuk kepura-puraan, artinya mereka telah mensejajarkan diri mereka sama dengan Allah SWT. Karena urusan hati mutlak milik Allah Ta’ala dan hanya Dia sendiri yang tahu. Tidak ada seorang manusia pun yang mampu mengetahui isi hati orang lain, tidak juga seorang rasul. Kami tetap bertahan pada pendirian bahwa kami muslim. Jemaat kami adalah Jemaah Islam. Kami beriman dan meyakini sepenuhnya bahwa:
1.    Allah itu ada, Allah itu Esa. Dia adalah Zat yang suci dan bersih dari segala keaiban. Dia dekat dan selalu mengabulkan semua hambanya yang berdoa[5].
2.    Kami meyakini jika semua malaikat adalah makhluk Allah SWT. Mereka melaksanakan apapun yang diperintahkan Tuhan dengan keikhlasan[6].
3.    Kami juga meyakini dan beriman kepada semua kitab suci. Karena kami percaya dengan sepenuh hati bila kitab-kitab itu datang dari Allah SWT. Dan kami sepenuhnya beriman dan berpedoman kepada al-Quran, karena untuk masa kini tidak ada lagi kitab yang lebih sempurna dan terjaga dari pada al-Quran[7].
4.    Kami mempercayai jika para nabi merupakan utusan Allah SWT sebagai nadzir, pemberi peringatan. Mereka dibangkitkan ditengah-tengah kaum mereka untuk membimbing umat mereka[8]. Dan kami meyakini, hanya Muhammad saw saja lah yang dibangkitkan bukan hanya untuk umat beliau saw tapi juga untuk seluruh umat dari seluruh bangsa.
5.    Kami pun yakin sepenuhnya jika sesudah manusia mati, ia akan dibangkitkan lagi. Dan seluruh amal perbuatannya akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat nanti[9].
6.    Kami juga meyakini bahwa Allah SWT akan senantiasa memperlihatkan dan memberlakukan takdir-Nya. Bukan hanya yang berupa Kodrat, namun juga takdir khas, yang dengan takdir tersebut Allah SWT hendak memperlihatkan kekuasaan dan Kebesaran-Nya.

Semua itu merupakan keyakinan dan keimanan kami. Tidak sedikit pun kami bergeser dari aqidah tersebut. Apakah keyakinan tersebut berbeda dengan umat Islam lainnya? Benarkah semua keyakinan itu belum cukup untuk membuktikan bahwa kami orang Islam?. Tidak ada perbedaan aqidah antara kami, orang-orang Ahmadiyah dengan umat Islam seluruhnya. Karena kami yakin sepenuhnya jika yang kami pegang teguh dan amalkan ini sama dengan yang diyakini dan diamalkan seluruh umat Islam di dunia. Lalu apa perbedaannya, sehingga banyak alim-ulama dan lainnya begitu terhina dengan keberadaan kami?

Mungkin yang membedakan kami, Ahmadiyah dengan umat Islam pada umumnya terletak pada perbedaan pemahaman dan penafsiran. Perbedaan pemahaman dan penafsiran mengenai beberapa hal, seperti sabda Rasulullah saw mengenai; Kedatangan Imam Mahdi, Kebangkitan Nabi Isa di akhir zaman; Siapa sebenarnya sosok nabi Isa yang datang tersebut? dan Kemunculan Dajjal. Kemudian perbedaan penafsiran dalam al-Quran surah mengenai kandungan makna surah al-Ahzab 33:41, tentang kata “Khataman-Nabiyyin”.
http://awwabblog.blogspot.com/2001/02/apakah-ahmadiyah-itu.html?showComment=1377426331028#c2352973543807249464
(Dikutip dari Blog)

Rabu, 21 Agustus 2013


Jemaat Muslim Ahmadiyah
Wonosobo: Berbagai elemen antar umat beragama secara kompak menanam ribuan pohon di lahan tandus yang mengalami banyak kerusakan  di galian C dusun Anggrunggondok, desa Kepencar, kecamatan Kertek pada Selasa pagi (26/3) lalu. Selain menyelamatkan bumi, penanaman juga sebagai simbol kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama. Kegiatan yang dirasakan penuh kekeluargaan dan kegembiraan itu dihadiri Bupati Wonosobo, Drs. H. Abdul Kholiq Arif, M.Si dan Wabup Ibu Maya.  Kegiatan yang terbilang sukses itu diprakarsai oleh GP Ansor dan Pemda kabupaten Wonosobo. Ia merupakan catatan sejarah awal Wonosobo yang bernuansa kerukunan umat beragama secara terbuka dilakukan, bagaimana tidak, semua organisasi dari Islam dan non-Islam diminta panitia acara untuk memasang bendera dan simbol-simbolnya dilokasi penghijauan, termasuk Jemaah Muslim Ahmadiyah. Perwakilan Jemaat Ahmadiyah yang hadir berjumlah lebih dari 35 orang terdiri dari khudamul Ahmadiyah (pemuda), Ansharullah (para sesepuh) dan korp muballighin (para ustadz). Warga Jemaat Ahmadiyah yang hadir berjumlah lebih dari 35 orang terdiri dari khudamul Ahmadiyah (pemuda), Ansharullah (para sesepuh) dan korp muballighin (para ustadz).

Acara terdiri atas: penampilan berbagai kesenian Wonosobo, penyerahan simbolik tananam kepada beberapa perwakilan, sambutan Rm. Matius Yatno Wibowo, MSC (selaku tuan rumah), sambutan ketua GP Ansor Asma Khozin, pembukaan dan sambutan oleh Bupati Wonosobo, doa penghijauan oleh kementrian agama kabupaten Wonosobo, Muhammad Ghufron, M.Pd, dilanjutkan dengan penanaman pohon secara simbolik dan serempak diikuti semua yang hadir.

Dalam sambutannya, sebagai tuan rumah, Rm. Matius Yatno Wibowo, MSC menyampaikan, bahwa “kita semua disini berkumpul dari banyak elemen masyarakat Wonosobo yaitu berbagai ormas Islam dan lintas agama dalam rangka penanaman pohon untuk anak keturunan kita kedepan. Kita disini bisa menunjukan sikap saling menghargai perbedaan. Karena berbeda itu indah, dan kita yakin bahwa acara di pagi  ini ada campur tangan Tuhan sehingga kita bias berkumpul bersama dalam rangka penghijauan, bersatu, jalin persaudaraan untuk kemajuan bersama”.  Pihaknya berharap, penanaman pohon ditanah milik Romo Stefanus Sumpomo, pendamping umat muda Katholik St Philipus Kapencar ini, bisa menjadi momen awal kebangkitan kembali semangat toleransi dan saling menghargai satu sama lain dalam koridor NKRI, sehingga bisa mendapatkan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Ketua GP Ansor Asma Khozin, di awal sambutannya menyebutkan satu persatu peserta penanaman pohon lintas agama, yang sudah mau mengorbankan waktunya termasuk Ahmadiyah dan pemuda Ahmadiyah (Khudamul Ahmadiyah) dihadapan lebih seribu orang itu. Ia merasa senang dengan kegiatan pelestarian alam itu dengan melibatkan banyak kawan umat beragama dari berbagai kelompok. Ketua GP Ansor yang sudah lama akrab dengan Jemaat Ahmadiyah ini menyampaikan terimakasih kepada semua elemen yang hadir.
Selanjutnya ia menyampaikan, bahwa “perbedaan ada untuk menjadikan kehidupan manusia lebih harmonis. Penanaman pohon lintas agama di pagi ini tanpa membeda-bedakan keyakinan diantara kita. Kita harus bisa saling hargai satu sama lain dalam perbedaan tanpa harus mengurangi keimanan masing-masing. Mari kita kikis ego kita masing-masing, rasa ingin menang dan benar sendiri. Tumbuhkan kebersamaan demi semangat kebangsaan di Wonosobo dengan mengimplementasikan Pancasila. Mari lupakan perbedaan”. Ia juga mangatakan, bahwa Banser harus digaris depan mengimplemantasikannya dalam dirinya, juga selalu siap mendampingi dan mengawal keharmonisan dan kerukunan beragama di Wonosobo. Ia berharap, bahwa “penanaman pohon dengan tema “kebersamaan” umat beragama ini semoga menjadi tonggak awal kita untuk saling menghargai, dan akan lebih fokus mencintai kehidupan dan pelestarian alam di Wonosobo, daripada mengurusi perbedaan”.

Bupati Wonosobo Memberi Sambutan 
Bupati Wonosobo pun mendapatkan giliran menyampaikan sambutan sekaligus membuka kegiatan bersejarah itu. Diawal sambutannya, bupati menyebut satu persatu yang hadir, “yang saya hormati saudara-saudara dari berbagai kelompok Islam dan agama-agama lain yang berkumpul bersama dalam kegiatan positip yaitu penghijauan/penanaman pohon. Dari Islam, disini ada unsur NU, Muhammadiyah, Rifaiyah, LDII,  juga Muslim Ahmadiyah; dan dari non-Islam ada dari Katholik, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dll, dari TNI dan Polri, GP ansor, Banser, Budayawan dll” Dalam pidatonya, bupati dengan tegas mengatakan bahwa didaerahnya tidak boleh terjadi kekerasan atas nama apapun, lebih-lebih atas nama agama. Wonosobo harus aman, nyaman dan tentram. Kerukunan harus terus dibangun. Pihaknya tidak beda-bedakan keyakinan apapun, semua harus dilindungi dan tidak ada kelompok-kelompok manapun yang berhak mengotak-atik kenyamanan Wonosobo. Bupati berterimakasih kepada semua pihak termasuk Ahmadiyah.” Semua elemen/kelompok harus guyub rukun dan bias ciptakan kedamaian di Wonosobo”, tambah bupati.

Ia menyampaikan, bahwa “saya menjadi Bupati Wonosobo awal teken kontraknya adalah menjadikan Wonosobo damai, aman, rukun dari semua unsur/elemen masyarakat. Dengan rukun, kita bisa berbuat banyak hal, dengan rukun kita bisa kerjakan ribuan kebaikan untuk bangsa dan Wonosobo. Saya tidak mau lagi Wonosobo tidak aman, tidak mau lagi ada kisruh atas nama apapun termasuk atas nama agama. Saya tidak mau dan tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun untuk membuat situasi tidak nyaman di Wonosobo, dengan dalih apapun itu. Kita semua di pagi ini di tempat ini sedang membuat kegiatan positip yaitu menanam ribuan pohon sebagai pohon perdamaian. Sesuai tema kita “kebersamaan”, maka tidak boleh ada kekerasan di Wonosobo, mari jaga Wonosobo agar tetap harmonis”.

Intinya, masyarakat dan umat beragama di Wonosobo diminta untuk tidak mudah tersulut, ketika ada pihak-pihak yang mencoba memecah belah dengan dalih perbedaan agama atau apapun. Karena belum lama ini ada sejumlah pihak yang mencoba melakukan pecah belah di wilayah Kertek Wonosobo dengan cara mengadu domba mengenai perbedaan agama. “Semua warga Wonosobo jangan mudah tersulut, kita sudah kondusif lama. Belakangan ada pihak-pihak yang mencoba memprovokasi. Mengadu domba kita dengan dalih beda agama, kita jangan mau kembali kepada masa silam, yang penuh dengan kericuhan dimana-mana, jangan mau diprofokasi oleh siapapun”, ungkap Bupati Wonosobo.
Perwakilan Tokoh Lintas Agama, Pemda, TNI, Polri, Ormas dll

Bupati yang terkenal akrab dan ramah itu memiliki pengalaman langsung di masa lampau tentang kondisi-kondisi yg memungkinkan terjadinya situasi yang kurang kondusif, sehingga bisa mengetahui segera gejala-gejala munculnya pihak-pihak dan situasi yang ingin merusak keamanan dan kenyamanan di masyarakat. Dengan itu, ia bisa menentukan langkah antisipasinya dengan cepat dan tepat. “saya sangat berterimakasih kepada TNI dan Polri yang terus bekerja keras menjaga keamanan di Wonosobo”, ujarnya.
Bukti peningkatan keamanan itu berdasarkan survei dari Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) bekerjasama dengan USAID dan The Asian Fondation yang dilaksanakan tahun 2007, kabupaten Wonosobo menempati peringkat pertama di Jawa Tengah, dalam tata kelola keamanan dan penyelesaian konflik. Pada tahun 2012 kemarin, tampil sebagai terbaik pertama hasil survei investasi Jawa Tengah. Juga menurut Majalah Tempo nasional,  bupati Wonosobo terpilih menjadi kepala daerah pilihan Tempo 2012 nomer dua di Indonesia karena berhasil merukunkan umat beragama dan menciptakan kondisi kondusif di Wonosobo.

Nampak Para Ahmadi Menanam di Lokasi 
Bupati selanjutnya menyampaikan perihal penanaman ribuan pohon, “kita akan berbuat kebaikan dengan menjaga alam. Kita jaga gunung dengan cara menanam pohon dengan tujuan menahan bencana alam yang mengancam. Sudah banyak sumber mata air di Wonosobo hilang akibat tidak adanya pepohonan dan penggalian pasir liar. Kita sebagai umat manusia diamanahi Allah untuk memelihara alam termasuk gunung. Pelestarian alam ini diajarkan dalam semua Kitab Suci umat beragama”.

Penanaman simbolik diwakili: Bupati Wonosobo, TNI, Polri, Katholik (Rm. Sumpama, MSC), ketua PCNU (Drs. Arifin Ma’arif), Jemaat Ahmadiyah (Sajid Ahmad Sutikno), Muhammadiyah, Rifaiyah, Mudika (Debiyo, S.Pd), komandan Banser (sdr. Antok), ketua GP Ansor (Asma Khozin), Budha (Lukito), Konghucu (Hasan) dan lain-lain.

Acara selesai pada pukul 14:00 WIB. Insyaallah Bupati akan mengadakan acara yang sama sesering mungkin di banyak lahan yang membutuhkan penghijauan.

Semoga Wonosobo selalu menjadi sampel bagi daerah lain di Indonesia dalam hal keharmonisan, sebagai gambaran ukhuwah yang benar, bergandengan tangan untuk kebaikan dan kemajuan bersama tanpa memandang perbedaan []
Jemaat Ahmadiyah Adakan Upacara Bendera HUT RI ke 68 di Pengungsian Asrama Transito Lombok NTB, Tempo/DW



Inilah Lima Tokoh yang Merekatkan Indonesia
TEMPO.CO, Jakarta - Tujuh tahun sudah keluarga Sahidin dan 31 keluarga penganut Ahmadiyah lainnya mengungsi di Wisma Transito karena rumah mereka diserbu saudara muslimnya pada Februari 2006.

Dua anak Sahidin: Maryam Nur Sidikah, 6 tahun, dan adiknya Muhammad Khotaman Nabiyyin, terus merengek minta pulang. Mereka dan 22 anak lainnya harus lahir di pengungsian.

"Ayah, kapan kita pulang ke rumah sendiri?" Maryam suatu kali bertanya kepada Sahidin. Sahidin, koordinator pengungsi Ahmadiyah di Wisma Transito Majeluk, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, hanya termangu mendengar pertanyaan anaknya.

Kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah di Mataram hanya satu serpihan dari pecahan kaca bernama toleransi di negeri ini. Hasil riset Lingkaran Survei Indonesia-Yayasan Denny J.A. menunjukkan, sejak 1998 hingga 2012, terjadi hampir 2.400 kasus kekerasan diskriminasi—kebanyakan berbasis agama. Jika dirata-rata, tiap tahun ada 160 konflik. Atau, tiap 2-3 hari muncul satu konflik berlatar belakang suku, agama, ras, dan antargolongan.

Nyaris tak ada solusi pada sebagian besar konflik itu. Jika ada, sekarang Sahidin tidak tinggal di pengungsian. Hukum juga tak bertaji terhadap mereka yang bersalah. Lihat saja, para penyerang jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Banten, yang menewaskan tiga anggota jemaah, hanya divonis 3-6 bulan bui. Akibatnya, kekerasan berbasis SARA mendapatkan kesempatan untuk tumbuh subur.

“Kemajemukan berbasis suku, agama, ras, dan antargolongan sekarang paling mudah menyulut emosi masyarakat,” Otto Nur Abdullah, anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, mengingatkan. Statistik mendukung Otto. Mengutip laporan Setara Institute dan Wahid Institute, kasus kekerasan berbasis agama meningkat sekitar 30 persen sejak 2009 hingga pertengahan 2013.

Namun kita beruntung karena di negeri ini masih ada warga negara yang tak kenal lelah bergiat merajut perdamaian, hak asasi, dan kebebasan beragama. Mereka ini pantas dibanggakan. Berbekal keyakinan tersebut, Koran Tempo mempersembahkan edisi khusus Hari Ulang Tahun Kemerdekaan 2013 bagi Para Perekat Republik.

Ada lima tokoh dan satu organisasi yang ditahbiskan sebagai para perekat Republik. Mereka adalah (1) Lian Gogali, penggerak pembauran di Poso, tempat di mana sayur-mayur dan buah-buahan pernah beragama. Lian menyatukan ibu-ibu Islam, Kristen, dan Hindu di Sekolah Perempuan Mosintuwu sejak tiga tahun lalu hingga sekarang. Tujuannya adalah mencegah konflik berkepanjangan di kabupaten di Sulawesi Tengah.

(2) Sofyan Tan di Medan. Pengalaman buruk ditolak masuk universitas negeri karena bermata sipit membuat dia mendirikan sekolah multi-etnis.

(3) Kami juga memilih Kholiq Arif, Bupati Wonosobo, yang juga menjadi tokoh “Bukan Bupati Biasa” versi majalah Tempo. Meskipun Kholiq bukan nama baru di media massa, kami menilai kiprahnya, yang sempat dianggap sesat karena melindungi penganut Ahmadiyah dan Syiah, menjadi antitesis dari para kepala daerah yang tak berbuat apa pun.

(4) Dari Bali, kami memilih Anak Agung Ngurah Agung. Pengagum Abdurrahman Wahid ini berusaha memulihkan keretakan hubungan umat Hindu-Islam pasca-bom Bali. Rumahnya di Puri Gerenceng-Pemecutan, Jalan Diponegoro, Denpasar, kerap dipenuhi umat Islam yang khusyuk mendaras doa dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.

(5) Ada juga Tuan Guru Subki Sasaki yang mendobrak arus utama kaum konservatif di Lombok. Ia merupakan penyokong utama keragaman di wilayah itu.

(6) Terakhir, ada Forum Silaturahmi Anak Bangsa. Organisasi unik ini mendekatkan anak-anak dari mereka yang semula berseteru satu generasi yang lalu. Ada putri Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani, bergandengan tangan dengan putra S.M. Kartosuwirjo dan D.N. Aidit.

Merekalah para perawat toleransi di republik ini, setelah negara absen memenuhi kewajibannya dalam merawat keberagaman. Bukan toleransi yang dibatasi sekadar untuk menghindari konflik, melainkan dengan cinta yang tak berbatas terhadap kemanusiaan. Pembaca, inilah mereka, para perekat “kaca-kaca” yang terserpih di republik ini.

Tim Tempo
http://www.tempo.co/read/news/2013/08/20/078505787/Inilah-Lima-Tokoh-yang-Merekatkan-Indonesia

Begini Cara Lima Tokoh Perekat Republik Dipilih
TEMPO.CO, Jakarta - Edisi Khusus Hari Kemerdekaan Koran Tempo disiapkan sejak pertengahan Juni 2013 lalu. Redaksi memulai dengan penyusunan kriteria para calon, sehingga kandidat bisa disaring sejak dini.

Ada lima kriteria utama yang ditetapkan redaksi. Tempat pertama diberikan kepada para pegiat perdamaian yang tak sekadar bermain pada tataran wacana, tapi sudah memiliki kontribusi nyata untuk merekatkan pluralitas. Mereka yang mengabdi di daerah konflik diprioritaskan.

Untuk itu, Ismail Hasani, Manajer Program Setara Institute, dan Ahmad Suaedy, salah satu inisiator The Wahid Institute, diundang redaksi Tempo sebagai mitra diskusi.

Seleksi tahap pertama mendapatkan hampir 20 nama. Banyak di antara nama itu belum cukup dikenal, tapi berandil besar membangun toleransi di daerahnya. Karena itu,  nama-nama tersebut kembali disaring dengan mempertimbangkan faktor ekspose media massa dan konsistensi.

Sejumlah nama tereliminasi. Sebutlah Ajun Komisaris Besar Yoyoh Indayah, Wakil Direktur Bimbingan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Barat. Ketika menjabat Kepala Kepolisian Resor Kuningan, Jawa Barat, Yoyoh berhasil menangkal amuk massa terhadap penganut Ahmadiyah. Caranya pun unik. Ia menggalang para ibu untuk membuat pagar betis pelindung jemaah Ahmadiyah.

Yoyoh menjadi antitesis Kepolisian yang sejauh ini cenderung mendukung —-atau setidaknya membiarkan—- aksi kekerasan berbasis SARA. Sayangnya, setelah ia menjadi Wakil Direktur Bimbingan Masyarakat Polda Jawa Barat,  aksi-aksi cerdiknya dalam melindungi minoritas di Provinsi Jawa Barat berkurang. Padahal provinsi ini berada di urutan pertama dalam jumlah kasus kekerasan berbasis agama.

Ada juga Heidy Maeka, 35 tahun. Perempuan Kristen ini telah menjadi aktivis perdamaian di Poso sejak masih kuliah. Ia naik sepeda motor bolak-balik Pamona-Poso Kota untuk menjalin komunikasi dengan para pemuda muslim, melalui jalan yang naik-turun bukit. Kalau malam, penerangan seadanya.

Tapi Heidy kini sudah tak banyak bergiat dalam merajut perdamaian. Ia terakhir kali mendampingi keluarga terduga teroris korban penembakan pada 2012.

Selesai seleksi tahap kedua, jumlah kandidat sudah bisa dihitung dengan jari. Tapi ini baru separuh kerja. Saatnya untuk memverifikasi para calon di kandangnya. Selain melihat langsung karya mereka, Tempo mewawancarai para tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat lokal, dan mereka yang merasakan manfaat dari kerja para tokoh itu. Hasil verifikasi ini dibawa kembali ke ruang redaksi dan diperdebatkan lagi.


Akhirnya terpilihlah lima tokoh dan satu organisasi yang ditahbiskan sebagai para perekat Republik. Mereka adalah :
(1) Lian Gogali, penggerak pembauran di Poso.

(2) Sofyan Tan di Medan, pendiri sekolah multi-etnis.

(3) Kholiq Arif, Bupati Wonosobo, pelindung penganut Ahmadiyah dan Syiah di wilayahnya.  

(4) Anak Agung Ngurah Agung, tokoh yang andil memulihkan keretakan hubungan umat Hindu-Islam pasca-bom Bali.

(5) Tuan Guru Subki Sasaki yang mendobrak arus utama kaum konservatif di Lombok.

(6) Forum Silaturahmi Anak Bangsa, kumpulan anak-anak dari mereka yang dulu berseteru: mulai anak PKI, DI/TII sampai anak TNI berkumpul di sini.

Tim Tempo
http://www.tempo.co/read/news/2013/08/20/058505821/Begini-Cara-Lima-Tokoh-Perekat-Republik-DipilihAkhirnya terpilihlah lima tokoh dan satu organisasi yang ditahbiskan sebagai para perekat Republik.


TEMPO.CO, Jakarta - Belasan anggota jemaah Ahmadiyah berkumpul di Masjid Baitul Islam, 29 Juli lalu, ketika azan asar berkumandang. Masjid berkusen jendela warna hijau dan berukuran 6 x 10 meter itu berada di gigir Gunung Pakuwojo, Wonosobo, Jawa Tengah.

Para anggota jemaah adalah penduduk Dusun Wonosari, Desa Wonokampir, Kecamatan Watumalang, Wonosobo. Rumah mereka bergerombol di lereng gunung pada ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Sebanyak 30 keluarga penganut Ahmadiyah berdampingan dengan 47 keluarga lain.

Hanya 100 meter dari Masjid Baitul Islam, berdiri Masjid Baitul Huda milik warga Nahdlatul Ulama. Takmir Masjid Baitul Huda, Martoyo, mengatakan mereka hidup damai berdampingan dengan warga Ahmadiyah. Sebuah pemandangan yang semakin langka dijumpai di Tanah Air. (Baca: Bupati Kholiq, Perekat Syiah, Ahmadiyah, Minoritas)

Banyak kegiatan yang mereka kerjakan bersama, misalnya kerja bakti, dan tahlilan saat ada warga yang meninggal. Sebagai tokoh NU, Martoyo kerap berbagi peran dengan tokoh Ahmadiyah kampung Wonosari, Suyarno. Dalam acara perkawinan, Martoyo biasanya menjadi tukang seserahan, dan yang menerima seserahan adalah Suyarno, atau sebaliknya.

Sejumlah mubalig Ahmadiyah bahkan ikut menyusun kurikulum untuk pengajaran di Kabupaten Wonosobo. Dalam pertemuan tahunan, Ahmadiyah juga mengundang Ketua NU dan Ketua Ansor Wonosobo.

Ahmadiyah di Wonosobo sudah ada jejaknya pada 1924. Tokoh yang pertama kali menyebarkan ajaran ini adalah Sabitun. Dia merupakan mubalig pertama di Tanjungsari.

Syiah juga berkembang di Wonosobo. Jumlah penganutnya memang tidak sebanyak Ahmadiyah. Di sana ada sekitar 250 orang penganut Syiah, tersebar di Kecamatan Wonosobo, Garung, dan Kretek. Penasihat Pengurus Syiah Jawa Tengah, Mohammad Arman Djauhari, 62 tahun, adalah penganut Syiah pertama di Wonosobo.

Di lereng Gunung Sindoro, pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut, bersembunyi Dusun Binangun, Desa Mudal, Kecamatan Mojo Tengah. Di kampung sejuk ini tinggal penganut penanggalan Aboge (Alif Rebo Wage) Wonosobo.

Di sana ada 70 orang dari 628 penduduk yang menjadi penganut aliran kepercayaan itu. Hampir semua penganut penanggalan Aboge berhimpun pada penghayat kepercayaan Tunggul Sabdo Jati. Ini semacam perkumpulan penganut Kejawen.

Aboge Wonosobo punya tetua bernama Sarno Kusnandar. Pria 60 tahun ini mewarisi kepercayaan Aboge secara turun-temurun dari nenek moyangnya. “Saya tidak tahu kapan Aboge mulai ada di sini. Yang jelas, saya sejak lahir sudah menganut Aboge,” kata dia.

Penganut penanggalan Aboge hidup rukun dengan warga NU di kampung itu. Rumah Sarno persis di samping Masjid Al-Huda. Tadarus dan suara azan dari pengeras suara tidak mengganggu Sarno, yang merupakan Kepala Dusun Binangun. (Baca: Inilah Lima Tokoh yang Merekatkan Indonesia dan Begini Cara Lima Tokoh Perekat Republik Dipilih)
http://www.tempo.co/read/news/2013/08/21/078506150/Syiah-Ahmadiyah-dan-NU-Hidup-Damai-di-Wonosobo
SHINTA MAHARANI | SUNUDYANTORO

Senin, 12 Agustus 2013

Wonosobo, Ahad, 11-8-2013 pukul 11:00 WIB telah diadakan acara Pisah Sambut Romo Matheus Yatno Yuwono, MSC dan Romo Philipus Seno Dewantoro, MSC di Gereja Santo Paulus Wonosobo Kota.


Acara yang berjalan selama 2 jam itu, dihadiri puluhan pemeluk Katholik dan tamu undangan. Adapun tamu undangan itu diantaranya para suster Upakara, Kepala Kesbangpol Linmas (mewakili Bupati Wonosobo) Drs. Susilo, Ketua Forum Umat Beriman (Budayawan) Haqqi Al-Anshory, Walubi (Budha) Lukito, DPD Jemaat Muslim Ahmadiyah Sajid Ahmad Sutikno, dan sebagainya.

Momen itu terdiri dari susunan acara, doa lintas agama, sambutan-sambutan dan acara inti pisah-sambut romo lama dan romo baru. []

Selasa, 06 Agustus 2013

Wonosobo, Sabtu  06-02-2010 pukul 19.30 WIB lebih dari seribu orang yang berasal dari berbagai agama dan keimanan seperti NU, Muhammadiyah, Rifa’iyah, Katolik, Kristen, Hindu,  Budha, Konghucu, berbagai aliran kepercayaan serta berbagai elemen  lainnya seperti Tionghoa, kaum waria, eks-tapol, seniman, masyarakat lain yang termajinal, padati pendopo kabupaten Wonosobo dalam rangka “Tahlil dan Doa Bersama Lintas Agama  40 hari Wafatnya  KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur)”.

Acara yang dihadiri Bupati Wonosobo beserta Ny. Aina Kholiq Arif itu berjalan dengan tertib dan sukses.

Tidak ketinggalan pula pihak Jemaat Ahmadiyah  berjumlah lebih 25 orang hadir pada undangan acara tersebut. Yaitu dari Wonosobo, Watumalang, Wadaslintang, serta Jemaat Klampok dan  Jemaat Madukara Banjarnegara.

Pada Banner/spanduk acara terpampang tulisan oleh panitia yang menarik banyak perhatian semua orang yang hadir termasuk Pers, “DOA LINTAS AGAMA MEMPERINGATI 40 HARI KEWAFATAN GUS DUR” (dengan foto Gus Dur) dan tertulis pula disponsori oleh GP Ansor Wonosobo, Forum Umat Beragama (FUB), Humas Wonosobo, Jemaat Ahmadiyah Wonosobo, Ikatan Hindu Wonosobo, Walubi/Budha dan Universitas Sains Alquran (Unsiq) Wonosobo. 

Acara yang dipandu koordinator FUB, Haqi Al-Anshary, S.Ag dan diselenggarakan Gerakan Pemuda (GP) Ansor Wonosobo ini, terdiri atas: pembacaan puisi; testimoni;  renungan; kesan-kesan para tokoh agama, aliran kepercayaan dan perwakilan elemen/komunitas masyarakat lainnya; cuplikan film aktifitas dan dagelan Gus dur dalam berbagai acara di televisi; doa bersama lintas agama serta penutupan.

Setelah beberapa acara ditampilkan, kemudian tiba waktunya sesi penyampaian kesan-kesan dari beberapa tokoh agama, aliran kepercayaan dan perwakilan elemen masyarakat Wonosobo lainnya.

Pada sesi kesan-kesan tersebut, perwakilan Jemaat Ahmadiyah kabupaten Wonosobo, mubaligh Basyarat Ahmad Sanusi  menyampaikan, bahwa “kesan kami: dahulu kita semua selalu ada dalam pikiran  Gus Dur, sekarang kita peringati 40 hari kewafatan beliau- keadaan menjadi terbalik, Gus Dur lah yang berada dalam pikiran kita. Mewakili Jemaat Ahmadiyah kabupaten Wonosobo, kami menyampaikan belasengkawa yang mendalam atas kepergian guru bangsa. Gagasan pluralisme yang beliau usung diantaranya: setiap orang mesti memiliki isi kepala yang berbeda tetapi bukan berarti orang yang memiliki pemikiran berbeda, kepalanya harus dihancurkan. Kami sampaikan ucapan terimakasih atas upaya beliau membela kaum minoritas termasuk Ahmadiyah. Awalnya kami menyangka karena pembelaan beliau terhadap Ahmadiyah, beliau akan menjadi orang terhina, namun justru beliau menjadi mulia karena membela orang yang teraniaya. Sekian terimakasih”.

GP Ansor Watumalang,  Ngakib al-Ghozali mengatakan, bahwa “acara seperti ini nampaknya belum pernah ada sejarahnya di suatu daerah selain Wonosobo, yaitu tahlilan dihadiri lintas agama dan iman. Hari ini kita duduk bersama meskipun ada perbedaan agama dan keyakinan, kita bersama-sama dengan komunitas GKJ/Kristen, Ahmadiyah, para kyai dan sebagainya dan inilah yang disebut pluralisme.

Lebih lanjut Ngakib menanggapi sosok Gus Dur, ia menyampaikan, bahwa  “karena hobi humornya itulah Gus Dur menjadi salah satu tokoh dunia yang unik. Bahkan dalam merespon berbagai konflik dan polimik yang ada sering dengan entengnya beliau menanggapi dengan humor.  Namun jangan salah, tanggapan Gus dur dengan humor dan ceplas-ceplos itu memiliki makna yang sangat dalam. Bahkan, terkadang kita tidak bisa mengikuti alur berpikir beliau”.

Sementara itu Bupati Wonosobo H.A Kholiq Arif mengatakan, sosok Gus Dur di masa hidupnya telah  banyak membawa perubahan yang sangat bermanfaat bagi bangsa Indonesia. Gus dur telah memperjuangkan pluralisme di Indonesia bahkan  ketika menjadi Presiden RI, Gus Dur telah menaikan gaji PNS, TNI dan Polri beberapa kali.  Gus dur diakui sebagai tokoh bagi semua kalangan.

Bupati juga memiliki kesan luar biasa terhadap Gus Dur. “Saat Gus Dur hadir dan menginap di Wonosobo, beliau memberikan perhatian tersendiri buat Wonosobo yakni meminta  untuk memperhatikan keberadaan Dieng. Beliau sempat menyuruh saya untuk memulai membuat buku sejarah tentang berdirinya Wonosobo.  Menurut beliau, kota ini sangat tua, bahkan dulu Dieng itu merupakan salah satu pusat peradaban di tanah Jawa. Sehingga beliau meminta kepada saya untuk memperhatikan keberadaan Dieng”,  kata bupati.

Selain itu, tokoh agama Konghucu sekaligus sebagai ketua Tionghoa Wonosobo, Hasan Akli mengatakan, bahwa “berbagai tokoh agama yang hadir merasa sangat kehilangan sosok Gus Dur. Karena di mata para tokoh tersebut. Gus Dur  mampu mengayomi  seluruh umat beragama yang ada di Indonesia dan bahkan di dunia.

Rais Syuria NU Wonosobo, Kyai Abdul Halim Ainul Yaqin Al-Hafidh mengatakan, bahwa “Gus Dur berani mengorbankan diri demi orang lain atau kelompok lain. Beliau menginginkan orang lain bisa beribadah dengan tenang dan aman”

Ketua GP Ansor Wonosobo, Amiruddin mengemukakan, bahwa Gus Dur layak menyandang gelar sebagai guru dan pahlawan bangsa. Gelar itu sebagai apresiasi atas kiprah Gus Dur dalam memperjuangkan pluralisme, demokrasi dan kemanusiaan.

Lebih lanjut Amiruddin menjelaskan, untuk mendukung pengangkatan Gus Dur sebagai pahlawan nasional sekaligus guru bangsa, pihaknya akan melayangkan surat kepada presiden RI, dengan bukti bubuhan tanda tangan ribuan warga Wonosobo, sebagai bahan pertimbangan, bahwa Gus Dur layak menyandang gelar tersebut.

Sebelum doa bersama lintas agama, dilakukan pemutaran film rekaman humor Gus Dur  yang diambil dari berbagai sumber di televisi.  “Setelah terjadinya gempa di Yogyakarta, ada seseorang yang tanya kepada saya, penyebabnya gempa disana itu apa. Orang ini aneh  kata saya, lha wong saya ini bukan ahli geologi kok ditanya begitu sama saya. Akhirnya ya saya jawab aja bahwa penyebabnya karena Nyi Roro Kidul (ratu pantai selatan) dipaksa pakai jilbab”, tutur Gus Dur diikuti gelak tawa hadirin yang ada dalam satu acara di televisi swasta saat masih hidup dan para tamu undangan di pendopo pun serempak ikut tertawa.

Acara kemudian diteruskan dengan pembacaan doa bersama berbagai tokoh agama dan keyakinan yang hadir. Dan diakhiri dengan berjabatan tangan para tokoh lintas agama dan bupati Wonosobo serta berfoto bersama.

Disela-sela berjabatan tangan, pihak Jemaat Ahmadiyah secara khusus menyampaikan kepada Bupati dan Kahumas Wonosobo tentang liputan obyek wisata di Wonosobo sudah ditayangkan 10 kali putaran oleh MTA/TV Muslim. Bupati dan Kahumas pun berkali-kali menyampaikan banyak  terima kasih[]



Tidak seperti Paus sebelumnya, pesan kali ini ditulisnya sendiri.
Sabtu, 3 Agustus 2013, 09:04 Denny Armandhanu

VIVAnews - Paus Fransiskus menyerukan toleransi dan rasa saling menghargai antar umat Kristen dan Islam. Dia mengatakan, pendidikan toleransi beragama haruslah ditekankan dalam pendidikan para pemuda.

Hal ini disampaikannya dalam pesan pribadinya untuk pemeluk agama Islam di seluruh dunia jelang Idul Fitri pekan depan, seperti dilansir CNN, Jumat 2 Agustus 2013. Biasanya, pesan itu ditulis oleh Vatikan dan tinggal dibacakan oleh Paus. Namun kali ini, Paus Francis sendiri yang menulisnya.

"Tahun ini, tahun pertama Kepausan saya, saya memutuskan untuk menulis pesan tradisional ini sendiri dan membacakannya pada kalian, kawan-kawan saya, sebagai bentuk penghargaan dan persahabatan untuk seluruh Muslim, terutama para pemuka agama," tulis Paus.

"Tahun ini, tema yang ingin saya angkat kepada Anda dan semua orang yang membaca pesan ini adalah satu hal yang jadi perhatian umat Muslim dan Kristiani: Mempromosikan Toleransi melalui Pendidikan," lanjutnya lagi.

Francis mengatakan bahwa pesan ini harus diterapkan semua orang, dengan menghargai kehidupan, martabat dan hak-hak setiap manusia.

"Terkait pendidikan pemuda Muslim dan Kristen, kita harus bisa membuat mereka untuk berpikir dan berbicara dengan penuh hormat soal agama lain dan para pengikutnya, dan menghindari dari mengejek atau merendahkan keyakinan dan ibadah pemeluk agama lain," kata Paus.

Tema yang sama sebelumnya disampaikan Francis pada kunjungannya ke Brasil untuk Hari Pemuda Dunia. Dalam pesannya kala itu, Paus menekankan perlunya dialog dengan para pemuka agama Islam.

"Kita perlu menekankan lagi pentingnya dialog dan kerja sama antara umat beragama, terutama Kristen dan Islam, dan perlunya kerja sama itu ditingkatkan," kata Paus dalam pidato yang juga diterjemahkan dalam bahasa Arab itu.[]





Wonosobo: Sabtu, 24/11/12 di Masjid Baitul Islam Jemaat Ahmadiyah, telah diadakan Bedah Vidio (VCD) Dakwah Islam Global oleh Jemaat Ahmadiyah selama 4 jam. Acara yang bersejarah ini, terselenggara atas kerjasama Jemaat Ahmadiyah kabupaten Wonosobo dengan perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) komesariat Wonosobo.

Hadir dalam kesempatan tersebut lebih 125 orang terdiri dari para mahasiswa universitas Sains Alquran (UNSIQ), PMII, GP Ansor, para ustadz NU, para guru Madin, kaum sepuh Ahmadiyah (Ansharullah), zaim Ansharullah (Agus Dwi Jatmiko), Mubwil Jemaat Ahmadiyah Jawa Tengah Bagian Barat (Mln. Yayan Mulyana) dan para mubaligh lainnya, warga Jemaat Ahmadiyah berasal dari beberapa daerah di Wonosobo, aparat desa dan warga masyarakat setempat.

Adapun susunan acara yang dibacakan moderator adalah  tilawatil quran, doa pembukaan; sambutan-sambutan: pertama DPD Jemaat Ahmadiyah (Mln. Nurhadi), kedua ketua PMII (Sulistiyo) dan ketiga perwakilan PMII cabang; Ishoma; kemudian pengantar Bedah Vidio Dakwah Islam Global (Mln. Yayan Mulyana), tayangan Vidio Dakwah Islam Global, sesi tanya-jawab, penyerahan cendera mata dan doa penutup (Muhammad Suripto HS, AMd (da’i).

Bapak Suyarno selaku ketua Jemaat dan ketua Panitia acara mengatakan, bahwa Jemaat yang dipimpinnya merasa senang diselenggarakannya acara semacam ini di tempatnya, karena selain sebagai sarana silaturahmi, sebagai sikap keterbukaan, membangun sikap toleran, juga sangat bermanfaat untuk menambah khazanah pengetahuan (informasi) akan perkembangan Islam diseluruh dunia. .Ny. Tumpi Jumiyanto sebagai ketua Lajnah Imaillah (wanita Ahmadi) dan ketua tim konsumsi juga merasakan banyak keberkatan dengan acara seperti ini.[]

Wonosobo, lagi-lagi telah diadakan acara merawat kerukunan umat beragama dan berkeyakinan di kota berudara dingin ini. Yaitu, "Berbuka Bersama Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan tokoh lintas Iman".

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Muslim Ahmadiyah  selalu ambil bagian untuk hadir dalam acara buka bersama itu. Dari Muslim Ahmadiyah terdiri dari para mubaligh, Khudamul Ahmadiyah (pemuda Ahmadi ), Ansharullah (kaum sepuh Ahmadi), Lajnah Imaillah (kaum ibu Ahmadiyah), Nasiratul Ahmadiyah dan Banatul Ahmadiyah (anak-anak perempuan Ahmadi), juga Athfalul Ahmadiyah (anak-anak pria Ahmadi). Mubaligh wilayah Jateng Tengah Mln. Nurhadi dan pengurus Daerah Lajnah Imaillah Qonita Nurhadi didampingi Ema Rahmatunnisa juga hadir dalam kesempatan itu.

 Acara penuh persaudaraan Sabtu sore 20/7/2013 itu bertempat di Nasmoco, Tawangsari kecamatan Selomerto.

Selain dari Ahmadiyah, para tokoh agama dan keyakinan hadir memenuhi aula Nasmoco, diantaranya NU (GP Ansor, Muslimat, Fatayat dll), Syiah (Ijabi), para suster Yayasan Dena Upakara Wonosobo, Kristen, Katolik . Para pejabat pemerintahan, kepolisian, mahasiswa, santriwan/santriwati bahkan murid-murid TK dan Play group, kaum buruh, tukang ojek, tukang jamu gendong dll dari bagian masyarakat yang terpinggirkan.

Acara yang dipandu apik oleh Haqqi Al-Anshory (koordinator FUB Wonosobo) ini, beberapa kali menyebutkan bahwa acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan termasuk Ahmadiyah, Syiah dan non-Muslim.,hadirin pun bertepuk tangan menyambutnya.

Para Suster Katholik, Lajnah Imaillah, & Ahmadiyah Bersama Ibu Sinta
Kuis berhadiah untuk para peserta, penampilan bernyanyi anak-anak TK dan PAUD menjadi suguhan menarik lainnya di kesempatan itu.

Suasana semakin menarik ketika Ibu Sinta Nuriyah hadir di tengah-tengah hadirin, beliau pun kemudian mengajak bincang-bincang santai dari hati ke hati. Setelah itu, ibu Sinta menyampaikan berbagai nasihat seputar puasa dan pendidikan.

Tentang puasa, ibu Sinta menyampaikan bahwa "diantara tujuan puasa itu adalah melatih diri untuk bisa bersikap jujur". Ibu Sinta juga menjelaskan tentang perintah Al Quran mengenai Puasa.
Ibu Sinta lalu mengungkapkan perasaannya, bahwa dirinya sangat senang hadir setiap tahun di Wonosobo untuk berbuka bersama seluruh kalangan masyarakat di Wonosobo.

Pada kesempatan tersebut juga diserahkan bantuan kepada Pondok pesantren anak-anak dan PAUD “Akar Rumput” yang merupakan sekolah Gratis untuk anak-anak kurang mampu. 

Setelah bedug maghrib terdengar dan suara adzan dikumandangkan para peserta menuju tempat disediakan menu berbuka puasa. Secara spesial ibu Sinta mengajak berbuka satu ruangan dengan ibu-ibu Lajnah Imaillah, para suster, tokoh Syiah dll.

Perwakilan Muslim Ahmadiyah saat itu pun memperkenalkan diri dan ibu Sinta sangat senang dan menyambut dengan ramah. Sebelum pamit, perwakilan Lajnah Imaillah menyerahkan bingkisan oleh-oleh khas Wonosobo, kemudian  foto bersama dan pulang.

Acara pun selesai dengan baik dan penuh keakraban serta keharmonisan. Ibu Sinta dan rombongan pun kembali ke Pendopo.[ER]

Minggu, 04 Agustus 2013


Saya mengerti setiap denominasi dari setiap agama menegaskan bahwa merekalah yang menjalankan ajaran yang paling otentik dari pendirinya. Tetapi tidak seperti fundamentalis, kaum liberal cenderung tidak mengklaim bahwa orang lain adalah salah. Sekte Islam Ahmadiyah termasuk dalam jenis ini. Karena mereka terbuka untuk dunia, tanggung jawab manusiawi untuk saling memelihara satu sama lain tampaknya tidak kalah penting bagi anggota Ahmadiyah dari doa dan ibadah.

Dalam versi Yahudi liberal saya, ini sering digambarkan dengan istilah dalam bahasa Ibrani sebagai tikkun olam (memperbaiki dunia). Hal ini menekankan aksi sosial sebagai kewajiban agama tertinggi, dan biasanya memiliki lebih banyak persamaan dengan gerakan yang sama di agama-agama lain dan di dunia sekuler dibandingkan dengan eksponen konservatif dalam tradisi saya sendiri.

Meskipun Ahmadiyah dianiaya di Negara-negara Islam dan dijauhi oleh umat Islam lainnya dimana-mana, mereka berkembang di Kanada dan memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan melakukan pekerjaan penting disini dan di tempat lain di dunia.

Salah satu program yang paling sukses adalah jangkauan Humanity First, yang memberikan penyelamatan dan bantuan kepada korban perang dan bencana alam di berbagai tempat. Baru-baru ini, ratusan relawannya aktif dalam membantu korban bencana di negara bagian Amerika Serikat. Selama kunjungannya ke New York setelah Badai Sandy, Presiden Barack Obama menyampaikan ucapan terimakasih secara khusus pada Kanada atas bantuan mereka.

Selain masalah global, Humanity First berkomitmen untuk melayani kebutuhan lokal. Misalnya, mereka menjalankan bank makanan (foof bank) yang memberikan kebutuhan dasar kepada orang-orang di seluruh Kanada. Bertepatan dengan musim liburan ini, para relawan akan melayani makan pizza, hari ini dan besok, untuk para tunawisma di pusat kota Toronto.

Ketua Humanity First sekaligus Amir Jamaah Ahmadiyah Kanada, Dr. Aslam Daud, mengatakan kepada saya bahwa denominasi mereka tak pernah berusaha untuk memasukkan orang-orang atau para penerima bantuan pada Islam, karena teologi cenderung memecah belah. Sebagai hasilnya para relawan bisa bekerja sama dengan baik untuk kebaikan orang-orang yang kurang beruntung dimanapun berada.

Dalam pertemuan saya dengan Dr Daud ia mengutip beberapa ajaran dari tradisi Islamnya yang beresonansi dengan ucapan yang sama dalam hati saya. Tetapi sebaliknya kita selalu berusaha secara sistemis membandingkan teologi dari perbedaan-perbedaan mendasar yang bisa berakhir dalam perselihan bahkan lebih buruk.

Itulah mengapa aksi sosial adalah hal terbaik untuk kerjasama antar agama. Alih-alih membandingkan doktrin, orang lain dipanggil untuk terlibat dalam kegiatan bersama untuk kebaikan orang dari semua agama dan yang tidak beragama. Dengan bekerja sama untuk kemanusiaan dan bukan berdebat tentang keilahian, tempat agama dapat ditingkatkan dalam masyarakat kita.

Pihak lain tidak setuju, seringkali keras. Mereka bersikeras bahwa pendekatan semacam ini tidak lebih dari sekularisme yang menyamar. Kaum tradisionalis mengeluh bahwa kaum liberal melemahkan keimanan yang mereka anut menjadi tidak bermakna. Di sisi lain, sekularis mungkin menganggap hal ini hanya sebagai bentuk pekerjaan misionaris. Itulah sebabnya mengapa liberalisme agama sering dalam bahaya jatuh antara dua titik.

Dan itulah mengapa Muslim tradisional menghindar dari Ahmadiyah, Kristen fundamentalis tidak punya waktu untuk agama modernis dan Ortodoks Yahudi menjaga jarak dari kaum liberal. Ironisnya, orang-orang yang tidak beragama juga sering memusuhi: mereka cenderung ingin agama menjadi kaku untuk menentangnya dengan lebih mudah dan memastikan bahwa mereka tidak pernah teruji olehnya.

Sebagai seorang Yahudi liberal saya sangat terkesan dengan upaya Humanity First yang justru karena itu berakar pada agama. Kegiatan mengagumkan yang mengkonfirmasi keyakinan saya bahwa meskipun serangan dari sayap kanan masing-masing dan sesekali ejekan oleh lawan dogmatis agama, kita saling membutuhkan dan dunia membutuhkan kita untuk bersaksi ke hadirat Allah sebagai manifestasi dalam melayani ciptaan Tuhan.

Ditulis oleh Dow Marmur adalah seorang rabbi emeritus di  Holy Blossom Temple, Toronto. Kolom nya muncul setiap minggu []

Sumber: http://www.thestar.com;dikutip dari: Ahmadiyya Times

Diterjemahkan oleh: Jusman; See more at: http://1ahmadiyah.blogspot.com/2012/12/aksi-sosial-kerjasama-antar-agama.html#sthash.3SVPFf3O.dpuf

Sabtu, 03 Agustus 2013

Saudara-saudara, saya ingin membagi informasi tentang ajaran Ahmadiyah yang saya baca langsung dari kitab karangan pendirinya, Mirza Ghulam Ahmad (MGA). Kitab yang menjadi rujukan saya adalah “al-khazain al-ruhiyah”, “al-mawahib al-rahman” yang merupakan terjemahan dari bahasa Urdu Ahmadiyah. Saya akan membagi pembahasan jadi dua, yaitu ajaran-ajaran apa dari mereka yang sama dan ajaran-ajaran apa dari mereka yang berbeda.

Ajaran Ahmadiyah sama dgn mayoritas umat Islam dalam,

 1. Agama mereka adalah Islam, syahadat mereka adalah La ilaaha illahu wa muhammad rasulullah. Penegasan agama Islam dan syahadat ini ditulis oleh Mirza Ghulam Ahmad di Juz 19 al-Khazain al-Ruhiyah-Kitab Mawahib al-Rahman. “Tidak masuk dlm Jemaat kami,kecuali yg memeluk Islam,mengikuti Kitab Allah,sunnah manusia terbaik (Muhammad saw).. dst (MGA). Maka tidak benar kalau menganggap Ahmadiyah adalah agama baru seperti Bahai, Sikh, dst. Ahmadiyah adalah nama ormas keagamaan bukan agama. Ahmadiyah seperti Muhammadiyah, atau NU, atau Persis, dll (nama ormas keagamaan bukan agama, bukan madzhab fiqh atau firqah).

Penegasan ini berasal dr pendirinya Mirza Ghulam Ahmad bahwa tidak seorang pun yang boleh masuk Jemaat kami (#ahmadiyah) kecuali dia muslim. Penghakiman terhadap Ahmadiyah bersumber dari sas-sus, fitnah untuk tujuan di luar dakwah Islam. Saya telah mengunjungi dua masjid Ahmadiyah di London, yang pertama London Mosque (al-fadl) mesjid tertua di Inggris (thn 20-an) dan Baytul Futuh. Tidak benar kalau pengikut Ahmadiyah hajinya ke Qadian-India atau ke London, ini fitnah besar. Pengikut Ahmadiyah yang ke London atau ke Qadian untuk mengikuti “Jalsa Salanah” annual meeting ‘pertemuan tahunan’ di Indonesia pun ada.

2. Ahmadiyah percaya Muhammad SAW sebagai “Khatam al-Nabiyyin” (‘penutup nabi-nabi′)-sprti ditegaskan oleh MGA dalam “Mir’ah Kamalat Islam”.

3. Ahmadiyah percaya tidak ada kitab suci selain al-Quran yang di dalamnya Kalam Ilahi, syariat sempurna & terakhir. Oleh karena itu, yg menuduh Ahmadiyah punya kitab suci selain al-Qur’an yang disebut-sebut tadzkirah adalah fitnah & dusta besar. Tadzkirah yang berasal dari ucapan, catatan, dan ilhamat Mirza Ghulam Ahmad dibukukan 27 tahun setelah MGA wafat bukan kitab suci Ahmadiyah.

4. Rukun Islam Ahmadiyah ada 5: syahadat, shalat, puasa, zakat & haji ke baitullah di Mekkah. Dlm ibadat Ahmadiyah ikut madzhab Hanafi.

5. Apa yg diharamkan oleh Allah & Rasul-Nya, pengikut Ahmadiyah juga haramkan ini ditegaskan dalam kitab Nur al-Haqq.

Kesimpulan, rukun Iman (6) dan rukun Islam (5) pengikuti Ahmadiyah sama dengan mayoritas umat Islam sedunia.

Ahmadiyah shalat 5 waktu (bukan 3 waktu seperti Syiah) jumlah rakaat sama, bunyi adzan sama (kalau Syiah beda), dalam subuh tak ada qunut. Dalam shalat Ahmadiyah seperti Muhammadiyah tidak ada zikir setelah shalat, doanya tidak nyaring, tidak ada qunut, tidak ada shalawat di antara 2 khutbah. Koreksi untuk anda: (Ahmadiyah shalat 5 waktu (bukan 3 waktu seperti Syiah)…Syiah shalat 5 waktu juga, tapi dibagi menjadi Subuh, Zuhur dan Ashar, Magrib dan Isya. by Rachmat Setiawan)

Kemudian, perbedaan Ahmadiyah dengan umat Muslim pada umumnya,

1. Ahmadiyah percaya wahyu itu berlanjut, namun hanya “wahyu tabsyiri wal indzari” (wahyu dakwah) bukan “wahyu tasyrii” (wahyu syariat). Ahmadiyah percaya Mirza Ghulam Ahmad dapat wahyu, tapi isinya bukan syariat baru, tapi penegasan pada syariat Muhammad SAW. Apakah wahyu bisa diturunkan pada selain Nabi? Jawabnya bisa. Ibu Musa as dapat wahyu di surat al-qashash ayat 8. Selain Ibu Musa, Maryam menerima kalam dari malaikat (al Imran ayat 46), atau al-hawariyun –pengikut setia Isa (al-maidah ayat 112). Wa idz awhaytu ila al-hawariyyina an aminu bi wa bi rusuli – saat Kuwahyukan pada pengikut setia Isa,untuk beriman pada-Ku & RasulKu” (al-maidah 112).

Kesimpulan dari dalil-dalil tadi wahyu bisa diturunkan Allah pada selain Nabi, Ibu Musa, Maryam, pengikut Isa tapi bukan “wahyu syariat”. Benar Mirza Ghulam Ahmad mengaku menerima wahyu, tapi BUKAN WAHYU SYARIAT, wahyu itu tdk membatalkan syariat Muhammad SAW. Mohon anda baca kembali istilah wahyu ayat-ayat Qur’an yang diturunkan selain Nabi, atau bahkan pada tumbuhan dan binatang, tapi bukan wahyu syariat.

2. Ahmadiyah percaya semua nabi tubuhnya adalah manusia biasa, dan akan berakhir sprti manusia biasa (mati), dmikian jga Isa as. Yang membedakan Ahmadiyah dengan umat Islam yang lain yaitu, bagi ahmadiyah Isa telah wafat, tidak hidup jasmani-rohani nya di langit. Ahmadiyah dengan argumentasi nalar dan teks menolak bahwa saat ini Nabi Isa masih hidup, berada di langit, tubuh & ruhnya dan akan datang lagi. Ahmadiyah percaya Nabi Isa as, seperti nabi-nabi yang lain, tubuhnya manusia dan punya ajal, tubuh punya umur. Karena Ahmadiyah percaya nabi Isa telah wafat, maka mesias dan imam mahdi-ratu adil yg dijanjikan-adalah orang lain,bukan Nabi Isa yang wafat. Ahmadiyah percaya orang yang sudah wafat tidak akan kembali ke dunia ini, sprti halnya Nabi Isa as. Ia tidak akan kembali lagi ke dunia. Keyakinan Ahmadiyah ini lebih rasional dibanding kebanyakan umat Islam yang percaya Isa sebagai manusia masih hidup tubuhnya & berada di langit.

Dibanding Iman Syiah 12 Imam (yang ada di Iran) mereka percaya imam ke-12 yang ada di abad pertengahan masih hidup dan akan kembali ke dunia. Arti “rafa’a” dlm quran untuk Isa as, bukan Allah “mengangkat” jasad dan ruhnya ke langit, tapi “mengangkat derajatnya” (mulia).

3. Kalau bagi mayoritas umat Islam, mesias (al-masih) dan Imam Mahdi belum turun, bagi Ahmadiyah sudah turun yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Dengan catatan keras: Mesias dan Imam Mahdi ini memperkuat syariat Muhammad SAW, tidak boleh menambah atau mengurangi sedikit pun. Karena nubuat2 ini harus diletakkan dalam doktrin bahwa Mesias itu adalah seorang nabi (tanpa syariat) yg memperkokoh syariat Muhammad saw.

Jadi meski Ahmadiyah percaya Mirza Ghulam Ahmad seorang nabi (Mesias) dan dapat wahyu, tapi TIDAK ADA SYARIAT BARU. Ibadat mereka sama dengan yang lain.

Banyak yang salah paham, dikiranya keyakinan Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dan mendapat wahyu otomatis mengubah syariat Muhammad? Salah besar itu. Jangan menutup mata, bahwa keyakinan Ahmadiyah terhadap Mirza Ghulam Ahmad ada landasan teks dan rasional, mereka berhak untuk percaya.

Keyakinan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi tidak mengubah syahadat, hanya diucapkan dlm bay’at unt masuk jemaat Ahmadiyah. Nama Mirza Ghulam Ahmad dan wahyunya tidak disebut dalam bacaan shalat, tidak pula di masjid-masjid Ahmadiyah. Foto Mirza Ghulam Ahmad dan penggantinya (khulafa’) memang dipasang di kantor-kantor Ahmadiyah tapi tidak di masjid. Di masjid-masjid Ahmadiyah hanya ada syahadat dan ayat-ayat al Quran, tidak ada foto Mirza Ghulam atau ucapan-ucapannya.

Anda yg mau mengetahui ajaran Ahmadiyah bacalah dari buku-buku aslinya bukan kutipan-kutipan dari musuh-musuh mereka :)

Kesimpulan saya : rukun iman dan Islam Ahmadiyah sama dengan mayoritas Islam, bedanya Mesias & Imam Mahdi bagi mereka sudah datang, sedangkan bagi yang lain belum.

Ibadat Ahmadiyah sama dgn umat Islam yang lain, secara madzhab fiqh mereka ikut Imam Hanafi (Imam fiqh pertama dlm 4 Madzhab). Ada kaidah fiqh yang sering dikutip GusDur qawl al-mujtahidi ‘an khashmihi laa yu’khadz (pendapat mujtahid tentang lawannya tak bisa diambil). Oleh karena itu, pendapat MUI, FPI, FUI,HTI atau siapapun yg memusuhi Ahmadiyah tidak bisa diandalkan, karena mereka punya bias-permusuhan. Ada kaidah fiqh yang lain juga untuk tidak mudah menghakimi, “idra’uu al-syubhaat” (hindari perkara-perkara yang belum jelas).

Semoga saya dijauhkan dari keangkuhan menganggap diri bisa menghakimi orang lain dalam soal iman.
Saya telah melihat tata-cara ibadah Ahmadiyah sampai pemimpin tertinggi mereka yg dipanggil “hudhur”, masjid-masjid mereka, tidak ada perbedaan. Isi dari ‘Jalsah Salanah’ adalah ceramah-ceramah dan shalat tahajud, tidak ada ritual dan ibadat baru yang tidak dikenal Islam. Saya menyimpan foto-foto masjid-masjid Ahmadiyah di inggris dari luar hingga bagian dalam. Di luarnya ada kalimat syahadat dan di dalamnya ada ayat-ayat Qur’an. Tidak ada foto Mirza Ghulam dan kutipan kata-katanya di masjid-masjid Ahmadiyah, tidak ada kultus luar biasa padanya di jemaat ahmadiyah.

Setiap masjid Ahmadiyah ada kalimat syahadat “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah”, tidak benar ada tambahan Mirza Ghulam nabi Allah. Kalau ada yang bilang: syahadat Ahmadiyah itu beda, shalatnya beda, puasanya beda, zakatnya beda, hajinya beda: ini fitnah besar!

Orang Ahmadiyah dari Pakistan memang tidak bisa naik haji ke Mekkah, karena di paspor mereka dipaksa ditulis agama mereka Ahmadi bukan Islam. Orang-orang Ahmadiyah Pakistan kalau mau naik haji pakai paspor Inggris atau India yang tak cantumkan agama di paspor mereka.

Apakah mayoritas umat Islam di Indonesia memusuhi Ahmadiyah? Tidak benar, kalau benar mereka takkan hidup di sini sejak tahun 20-an. Benar kalau mayoritas umat Islam di Indonesia berbeda dalam beberapa poin ajaran dengan Ahmadiyah tapi berbeda bukan berarti memusuhi.

Namun hal yang berkaitan dgn ibadah-ibadah mahdlah, hal yang “al-ma’lum min al-din bi al-dlarurah”, Ahmadiyah sama dengan mayoritas umat Islam Indonesia. Perdebatan kelompok Islam yang lain dengan Ahmadiyah sudah terjadi sejak lama, tapi tindakan kekerasan ini fenomena baru. Saya sering ditanya kenapa Ahmadiyah sangat dibenci? Lalu saya balik Tanya, kenapa baru sekarang mereka dibenci? Mereka di Indonesia sejak tahun 20-an lhoo!

Saat ini, seolah-olah sudah jadi parameter-tapi tolol-yang mau dianggap Islamnya bener maka harus membenci dan membubarkan Ahmadiyah. Kalau itu dipakai, maka KH Hasyim Asy’ari pendiri NU bisa dituding Islamnya nggak bener , karena tidak pernah ada fatwa membubarkan Ahmadiyah.
Yang belum pernah shalat, masuk masjid Ahmadiyah atau baca kitab-kitabnya tolong jangan sok tahu dank oar-koar tentang Ahmadiyah, anda cuma nelan fitnah. Siapa yg bilang ini: kebohongan kalau diulang-ulang suatu saat akan jadi kebenaran. Inilah yg terjadi pada #ahmadiyah. Banyak bukti : saksi, rekaman video, foto FPI lakukan aksi-aksi kekerasan, divonis pun sudah. Tapi Ahmadiyah tidak pernah lakukan kekerasan.
Kata siapa orang Ahmadiyah tidak bisa shalat dengan muslim yang lain?Atau muslim yang lain dilarang shalat di masjid Ahmadiyah? Buktikan dulu. ‘ala kulli hal Ahmadiyah sudah ada zaman Hadlratu Syekh Hasyim Asy’ari, tidak ada fatwa bubarkan ahmadiyah, saya manut beliau. Kalau memang Ahmadiyah boleh dibubarkan, sudah bisa sejak zaman KH Hasyim Asy’ari atau KH Wahid Hasyim yang jadi Menteri Agama yang pertama.

Kalau ada orang NU yang mau bubarkan Ahmadiyah, berarti ia anggap dirinya lebih dari Hadlratu Syaikh Hasyim Asyari. Seharusnya Surya Darma Ali Menteri Agama sekarang mengikuti KH Wahid Hasyim Menteri Agama pertama yang melindungi Ahmadiyah. Kiai-kiai NU yg ikut2an mau bubarin Ahmadiyah itu kiai-kiai baru yang amalannya “kursi fulitik” bukan “ayat kursi” :)

Pertanyaan yg harus dijawab, mengapa baru sekarang Ahmadiyah dimusuhi padahal mereka sudah ada di negeri ini sejak tahun 20-an? Kenapa baru Menteri Agama sekarang Surya Darma Ali yang mau bubarkan Ahmadiyah sementara Menteri Agama pertama KH Wahid Hasyim lindungi mereka? GusDur tegas membela Ahmadiyah sebagai hak konstitusional, sebagai warga-negara bukan sebagi ajaran. Jadi, sikapi Ahmadiyah sebagai warga-negara. Bagi anda yang tak setuju ajaran Ahmadiyah, tanamkan tasamuh (toleransi) sikapi mereka seperti GusDur menyikapinya sebagai warga-negara.

Anda kalau mau belajar NU, mau tahu NU ya ke GusDur, sanad beliau nyambung,msh bertemu KH Hasyim Asyari,KH Wahid Hasyim,KH Wahab, KH Bisyri. Ajaran, tafsir dan tradisi NU yg otoritatif menurut saya melalui #GusDur,yg punya darah,ideologi&karamah tokoh2 NU,tolong jgn sebut yg lain

Selama KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, KH Wahab, KH Bisyri, dan KH Abdurrahman Wahid tidak berfatwa bubarkan Ahmadiyah saya pun tidak! GusDur pernah ditanya, Gus Ahmadiyah sesat karena ngaku terima wahyu Respon Gus Dur “gitu aja kok sesat, gimana Wahyu Sihombing”

Kesimpulan saya dr bacaan, amatan & pengalaman langsung, rukun Islam Ahmadiyah sama persis! Nama Mirza Ghulam Ahmad tidak disebut dalam syahadat atau shalat hanya dalam bay’at (ikrar masuk jemaat) Ahmadiyah. Orang mau yg masuk tarekat saja ada bay’at untuk taat pada Allah, Rasululullah, Syaikh Pendiri Tarekat dan Syaikh yang bai’at dia, begitu pula Ahmadiyah. Ahmadiyah tidak bisa dikafirkan karena mereka syahadat, shalat, puasa, berhaji, zakat, ikuti Qur’an & Sunnah Nabi. Mereka muslim. Sekali lagi anda yang tidak bisa terima ajaran Ahmadiyah (meskipun mayoritas sama) tasamuhlah (toleran) sikapi mrka sbgai warga-negara. Tak sedikit yang benci Ahmadiyah karena tidak tahu, seperti pepatah: al-nasu a’da’u ma jahilu (manusia cenderung memusuhi yang tak diketahuinya).

Informasi tentang Ahmadiyah yang dianggap kebenaran sebenarnya tak lebih kebohongan yang diulang-ulang. Sekian sekedar berbagi informasi tentang Ahmadiyah yang berasal dari bacaan, amatan dan pengalaman pribadi saya langsung berinteraksi dgn mereka.

Kalau ada yang sibuk ngurusin keyakinan Ahmadiyah, emang siapa Yang punya surga dan neraka? Kuu anfusakum wa ahlikum nara (jaga dirimu dan keluargamu dari neraka).

-Guntur Romli-
Penulis, Aktivis, dan Kurator di Komunitas Salihara, Jakarta
Lihat http://dildaar80.wordpress.com/2011/02/07/apa-itu-ahmadiyah-kesaksian-seorang-nu

Love for All Hatred for None adalah moto perdamaian universal, keadilan, kesetaraan, cinta, saling pengertian dan kerukunan. Moto ini diciptakan oleh Khalifah Ketiga Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Nasir Ahmad.

Hadhrat Mirza Nasir Ahmad menciptakan moto ini pada kesempatan peresmian Masjid pertama di Spanyol pada 9 Oktober 1980 setelah 700 tahun terakhir (setelah runtuhnya kekuasaan Islam di Andalusia)

Dalam menerangkan moto ini beliau mengatakan: "Islam mengajarkan hidup saling mencintai dan kasih sayang serta penuh kerendahan hati."

Islam berarti damai dan berupaya menegakkan prinsip-prinsip perdamaian, saling mencintai dan kasih sayang. Bagaimana seseorang dapat memastikan rasa saling mencintai itu bisa terus menyebar? jelas dengan kerendahan hati. Saya percaya aspek kerendahan hati adalah alasan utama mengapa "hatred for none" ada dalam moto itu. Jika seseorang bersikap rendah hati, ia akan mengakui bahwa mereka memiliki banyak kekurangan dan pada saat yang sama ia belajar untuk mengabaikan kekurangan orang lain, sehingga hal itu membantu menumbuhkan sikap meniadakan kebencian kepada siapapun.

Banyak para pejabat mengomentari kekaguman mereka terhadap moto ini, tetapi saya ingin mengambil pendekatan yang berbeda dalam mendapatkan arti sebenarnya dari moto Love for All Hatred for None. Kita harus memahami bahwa moto ini diciptakan oleh seorang pribadi yang harus melalui salah satu keadaan yang paling sulit dalam sejarah Jemaat Ahmadiyah.  Beliau harus memimpin seluruh anggota Ahmadiyah yang dinyatakan non-muslim oleh Mahkamah Agung Pakistan yang telah membuka kotak pandora penganiayaan tak berujung. Kepedihan beliau tak dapat digambarkan hanya dengan kata-kata.

Di masa-masa penganiayaan tersebut Hadhrat Mirza Nasir Ahmad mengatakan:

"Saat hari-hari tersebut, terdapat malam-malam tertentu dimana saya tidak tidur selama satu menit tanpa berdoa bagi seluruh anggota Jamaah."

Hal itu benar-benar mengundang pertanyaan orang-orang bagaimana beliau mampu menganjurkan pesan perdamaian seperti itu saat beliau sendiri dalam keadaan hati yang menderita. Hal ini juga menegaskan kembali bahwa memang Allah taala lah Penolong sejati dari Pemimpin Spiritual yang terpilih.

Meskipun penganiayaan terhadap Jemaat Ahmadiyah terus berkembang beberapa waktu terakhir, Ahmadiyah tetap mempertahankan moto yang sama. Para jurnalis banyak menanyakan bagaimana bisa seseorang bisa benar-benar mencintai semua orang dan tidak membenci siapapun?

Khalifah Ahmadiyah saat ini, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad telah menetapkan definisi moto ini yang berguna seumur hidup.

Beliau mengatakan, "Love for All Hatred for None" mengandung arti kita tidak memiliki permusuhan, tidak ada kedengkian, dan tidak ada dendam bagi siapapun di dalam hati kita."

Definisi beliau sejalan dengan sunnah Nabi Muhammad saw. Seorang wanita tua biasa melemparkan kotoran kepada Rasulullah saw setiap kali beliau melewati rumahnya. Suatu hari saat beliau lewat, beliau tidak melihat ada yang melemparkan kotoran. Beliau pergi ke rumah wanita tua itu untuk menanyakan mengapa dia tidak melemparkan kotoran dan dia menjawab bahwa dia sedang sakit hari ini. Atas kunjungan Rasulullah wanita itu terpesona oleh sikap beliau.

Sungguh ini sejalan dengan definisi yang diberikan oleh Hadhrat Mirza Masroor Ahmad.

Tidak ada permusuhan dalam hati kita. Beliau pernah mengomentari bahwa Pakistan semakin meningkat dalam hal penganiayaan terhadap warga Ahmadiyah, doa-doa kita juga harus tingkatkan untuk Pakistan supaya diselamatkan dari kondisi mereka saat ini. Moto ini tidak hanya di atas kertas saja atau diucapkan ketika saat wawancara tetapi Jemaat Ahmadiyah berusaha menjadi contoh hidup dari moto ini.

Jemaat Ahmadiyah memiliki organisasi amal yang dikenal dengan Humanity First yang berusaha untuk memberikan bantuan bencana di seluruh dunia. Pada tahun 2005, sekitar 10 warga Ahmadiyah disyahidkan di wilayah Mong, Pakistan. Dalam waktu 24 jam salah satu gempa bumi terburuk melanda wilayah terpencil di Pakistan.

Pada Khutbah Jumat berikutnya, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad memberikan khutbah tentang pengabdian terhadap kemanusian. Dan kemudian bagaimana Humanity First setelah itu langsung memobilisasi upaya pemberian bantuan ke daerah yang tertimpa bencana. Ini adalah bentuk ketinggian dari Love for All Hatred for None. Walaupun berduka karena kewafatan para syuhada Jemaatnya, semangat kemanusiaan mereka tetap menonjol.

Ahmadiyah memang tidak mendukung konflik tertentu yang terjadi antar negara tetapi walau demikian, di United Kingdom, mereka melakukan poppy appeal (penghormatan kepada pahlawan) untuk menggalang dana untuk para veteran Inggris. Di Amerika Serikat, untuk mengenang korban-korban peristiwa 9/11, Ahmadiyah setiap tahun mengumpulkan lebih dari 10.000 kantong darah. Ini adalah contoh-contoh praktis Love for All Hatred For None dan banyak lagi contoh-contoh lainnya di seluruh dunia.

Ketika perdebatan tentang pembangunan Masjid Ground Zero mencapai puncaknya, salah satu pernyataan yang paling islamis datang dari Hadhrat Mirza Masroor Ahmad:

"Jika izin diberikan, maka Jemaat Ahmaidyah menginginkan sebuah Gereja, Sinagog, Kuil dan tempat ibadah semua agama agar dibangun di sepanjangnya. Karena hal ini akan menunjukkan kesatuan sejati dalam masyarakat." Satu contoh lain bagaimana Love for All Hatred For None telah diterapkan oleh Ahmadiyah.

Love for All Hatred For None benar-benar pesan universal. Kapanpun, dimanapun Hadhrat Mirza Masroor Ahmad menyampaikan pesan-pesan beliau, banyak pejabat non-muslim yang menghadiri pidato beliau. Yang pertama dan paling utama, beliau selalu menghargai mereka atas kedatangannya ke acara yang mana mereka sangat tahu acara tersebut diselenggarakan oleh Ahmadiyah.

Ini adalah tujuan Hadhrat Mirza Masroor Ahmad yaitu memenangkan hati orang dengan Love for All Hatred For None, dan betapa besarnya pekerjaan besar yang beliau lakukan dalam mencapai tujuan ini setelah setiap pidato yang beliau berikan. Banyak para pejabat berkomentar bahwa dengan pesan damai ini, perdamaian dunia sejati tiba-tiba menjadi mungkin.

Islam secara tegas tidak membenarkan penyebaran dengan pedang sebaliknya Al-Qur'an mengajarkan pesan Love for All Hatred For None dalam bentuk teladan. Bahkan ketika Al-Qur'an memberikan izin untuk melawan, hal itu dilakukan dalam rangka membela diri, karena perdamaian bener-benar dipertaruhkan. Jika Allah taala tidak mengizinkan umat Islam untuk berperang pada waktu itu, tempat ibadah dari semua agama lain akan dipertaruhkan. Sebagaimana dalam Surat 22 ayat 40. Ini menunjukkan bahwa Love for All Hatred For None bukanlah pesan ekslusif Ahmadiyah melainkan pesan Islam itu sendiri.

Love for All Hatred For None adalah pesan yang membantu menjaga kehidupan pribadi seseorang. Ketika seseorang dihadapkan pada kekurangan orang lain, seseorang didorong untuk berpikir tentang moto mereka dan menyadari bahwa mereka diberitahu untuk tidak menyimpan kebencian atau permusuhan apapun bagi siapapun.

Jika seluruh dunia mengikuti moto Love for All Hatred For None ini dalam arti sebenarnya, tentu kita akan lebih dekat dengan perdamaian dunia dengan cepat. Hadhrat Mirza Masroor Ahmad menganjurkan berbuat baik bahkan terhadap mereka yang telah berlaku kejam, dengan harapan hati mereka akan melunak. Semoga dunia benar-benar memahami moto perdamaian universal ini - Love for All Hatred For None.
- See more at: http://1ahmadiyah.blogspot.com/2013/06/love-for-all-hatred-for-none-moto-damai-ahmadiyah.html#sthash.pDEy0BH7.dpuf