"Janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa.”

(Al-Maidah ayat 8).

Minggu, 25 Agustus 2013

Akhir-akhir ini penentangan terhadap Ahmadiyah di Nusantara tercinta ini semakin keras. Bermula dari penyerangan salah-satu ormas Islam ke pusat Jemaat Ahmadiyah di Parung-Bogor, tahun 2005. Hingga penyerbuan brutal di tahun 2011 yang menewaskan tiga orang Ahmadi di Cikeusik, Pandeglang-Banten. Kebencian beberapa ormas Islam terhadap Ahmadiyah semakin tidak terarah tatkala mereka membakar dan menghancurkan Masjid yang merupakan tempat ibadah umat Islam. Bukan hanya itu mereka pun berani membakar al-Quran,
kitab sucinya mereka sendiri, hanya karena kitab tersebut berada di Masjid yang dibangun Jemaat Ahmadiyah. Kami tidak habis pikir, kenapa saudara-saudara kita dari beberapa oramas Islam itu sebegitu bencinya kepada kami?.

Bukankah nabi kita saw, sering mengajarkan bahwa umat Islam itu seperti satu tubuh, jika ada salah satu organnya yang sakit, maka bagian lainnya ikut merasakannya. Namun mengapa merekamalah menyakiti salah satu organ tubuh tersebut. Apakah kebencian itu telah sedemikianrupa, sehingga tidak ada sedikit pun rasa iba yang mereka miliki? Janganlah kebencian kepada suatu kaum atau kelompok membuat kita berlaku tidak adil dan semenah-menah[1]. Bukankah Allah SWT menciptakan kita berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan berfirqah-firqah agar kita saling mengenal dan menghormati satu sama lain[2].

Beberapa saudara kami dari ormas Islam, beralasan bahwa kami bukan bagian dari Islam. Mereka pun bersikukuh agar kami keluar dari Islam dan mendirikan agama lain. Demi Allah, di sini kami bersumpah bahwa kami muslim. Kami mendirikan shalat lima waktu sebagaimana umat Islam lainnya. Arah kiblat kami pun tidak bergeser dari ka’bah baitullah. Kami membayar zakat, berpuasa ramadhan sebulan lamanya, dan menunaikan haji ke Mekkah Al-Mukaramah. Satu lagi yang perlu diperhatikan bahwa kami tidak memiliki syahadat lain, selain:
Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadur-rasulullah
(“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Muhammad utusan Allah”)

Tidak ada satu pun agama di dunia ini yang sesempurna Islam. Sehingga untuk menunjukan kesempurnaannya, Allah SWT secara khusus menempatkannya di salah satu surah dalam a-Quran[3]. Bagaimana kami harus berpaling dari agama yang Allah SWT sendiri menyanjung, mengakui dan meridhainya?

Sungguh! Di dalam dada kami hanya ada satu agama, Islam. Sedikit pun kami tidak bergeser dari pendirian itu. Keluar saja ungkapan selain laa ilaaha illallah muhammadur-rasulullah dari bibir kami, maka haram hukumnya bagi kami. Apa yang kami ucapkan ini bukanlah sebuah bentuk kepura-puraan. Tidak terpintas dibenak kami untuk melakukan hal itu. Allah SWT yang mengetahui kesungguhan atas apa yang kami pikirkan dan ucapkan. Seseorang tidak berhak menuduh bahwa ucapan kami tersebut tidak sesuai dengan hati kami. Rasulullah saw pernah memarahi Usamah bin Zaid ra, ketika membunuh musuhnya yang mengucapkan syahadat. Usamah beralasan, orang itu hanya ingin mencari keselamatan. Maka Rasulullah saw pun berang, beliau pun bersabda:
Alaa syafaqta ‘an qalbihi
(“Mengapa engkau tidak sekalian saja membelah hatinya untuk melihatnya”)[4].

Jika saudara-saudara dari ormas Islam tetap menuduh kami bukan muslim, dengan alasan syahadat serta ibadah kami hanya sebuah bentuk kepura-puraan, artinya mereka telah mensejajarkan diri mereka sama dengan Allah SWT. Karena urusan hati mutlak milik Allah Ta’ala dan hanya Dia sendiri yang tahu. Tidak ada seorang manusia pun yang mampu mengetahui isi hati orang lain, tidak juga seorang rasul. Kami tetap bertahan pada pendirian bahwa kami muslim. Jemaat kami adalah Jemaah Islam. Kami beriman dan meyakini sepenuhnya bahwa:
1.    Allah itu ada, Allah itu Esa. Dia adalah Zat yang suci dan bersih dari segala keaiban. Dia dekat dan selalu mengabulkan semua hambanya yang berdoa[5].
2.    Kami meyakini jika semua malaikat adalah makhluk Allah SWT. Mereka melaksanakan apapun yang diperintahkan Tuhan dengan keikhlasan[6].
3.    Kami juga meyakini dan beriman kepada semua kitab suci. Karena kami percaya dengan sepenuh hati bila kitab-kitab itu datang dari Allah SWT. Dan kami sepenuhnya beriman dan berpedoman kepada al-Quran, karena untuk masa kini tidak ada lagi kitab yang lebih sempurna dan terjaga dari pada al-Quran[7].
4.    Kami mempercayai jika para nabi merupakan utusan Allah SWT sebagai nadzir, pemberi peringatan. Mereka dibangkitkan ditengah-tengah kaum mereka untuk membimbing umat mereka[8]. Dan kami meyakini, hanya Muhammad saw saja lah yang dibangkitkan bukan hanya untuk umat beliau saw tapi juga untuk seluruh umat dari seluruh bangsa.
5.    Kami pun yakin sepenuhnya jika sesudah manusia mati, ia akan dibangkitkan lagi. Dan seluruh amal perbuatannya akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat nanti[9].
6.    Kami juga meyakini bahwa Allah SWT akan senantiasa memperlihatkan dan memberlakukan takdir-Nya. Bukan hanya yang berupa Kodrat, namun juga takdir khas, yang dengan takdir tersebut Allah SWT hendak memperlihatkan kekuasaan dan Kebesaran-Nya.

Semua itu merupakan keyakinan dan keimanan kami. Tidak sedikit pun kami bergeser dari aqidah tersebut. Apakah keyakinan tersebut berbeda dengan umat Islam lainnya? Benarkah semua keyakinan itu belum cukup untuk membuktikan bahwa kami orang Islam?. Tidak ada perbedaan aqidah antara kami, orang-orang Ahmadiyah dengan umat Islam seluruhnya. Karena kami yakin sepenuhnya jika yang kami pegang teguh dan amalkan ini sama dengan yang diyakini dan diamalkan seluruh umat Islam di dunia. Lalu apa perbedaannya, sehingga banyak alim-ulama dan lainnya begitu terhina dengan keberadaan kami?

Mungkin yang membedakan kami, Ahmadiyah dengan umat Islam pada umumnya terletak pada perbedaan pemahaman dan penafsiran. Perbedaan pemahaman dan penafsiran mengenai beberapa hal, seperti sabda Rasulullah saw mengenai; Kedatangan Imam Mahdi, Kebangkitan Nabi Isa di akhir zaman; Siapa sebenarnya sosok nabi Isa yang datang tersebut? dan Kemunculan Dajjal. Kemudian perbedaan penafsiran dalam al-Quran surah mengenai kandungan makna surah al-Ahzab 33:41, tentang kata “Khataman-Nabiyyin”.
http://awwabblog.blogspot.com/2001/02/apakah-ahmadiyah-itu.html?showComment=1377426331028#c2352973543807249464
(Dikutip dari Blog)

0 komentar:

Posting Komentar