"Janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa.”

(Al-Maidah ayat 8).

Kamis, 05 Januari 2012

Wonosobo, Sabtu (31/12/11) ditengah hujan yang menyelimuti malam pergantian tahun 2011 ke 2012, Komunitas Lintas Iman Wonosobo menggelar refleksi dua tahun meninggalnya Gus Dur dan doa bersama di kantor sekretariat FKMD. Acara yang dimulai pukul 20.30 WIB tersebut diikuti oleh para tokoh agama se-kabupaten Wonosobo, PMII, seniman, komunitas Orang Indonesia (OI), Jemaat Ahmadiyah yang diwakili penulis dan mubaligh Sajid Ahmad Sutikno.

Mengawali pertemuan tersebut, coordinator acara, ketua FUB Haqqi El-Anshary menyampaikan catatan rentang waktu tahun 2011. Banyak kejadian pelanggaran hukum dan HAM mewarnai negeri ini seperti insiden GKI Yasmin, kemudian baru-baru ini di bulan Desember telah terjadi tragedi kemanusiaan kekerasan terhadap teman-teman Syiah di Madura. Kemudian yang paling terdepan dan paling sering mendapat tindak intimidasi dan kekerasan adalah saudara kita dari Jemaat Ahmadiyah.

Haqqi El-Anshary juga mengatakan, acara itu diadakan untuk mengenang perjuangan almarhum Gus Dur dalam menyebarkan nilai pluralisme di Indonesia semasa hidupnya. Gus Dur merupakan Bapak Bangsa dan Bapak Pluralisme di Indonesia yang harus dikenang agar semangat juangnya dapat diikuti oleh generasi penerus.

Menurut Kyai Ahmad Fadlun, Ketua FKMD, realitas keberagamaan di Indonesia masih jauh dari ajaran pluralisme yang dikembangkan Gus Dur. Kekerasan berbau agama masih mewarnai kehidupan bangsa. Karena itu, beliau mengatakan, gerakan pluralisme harus digalakkan, yakni mengajak semua elemen masyarakat untuk duduk bersama membangun kesepahaman tentang kehidupan bangsa yang lebih baik. "Refleksi dua tahun wafatnya Gus Dur dan malam pergantian tahun ini semoga menjadi awal yang baik untuk membangun kehidupan bangsa,"

Kyai Fadlun juga mengatakan bahwa FKMD adalah wadah semua kalangan Islam maupun non-Islam, karena ia merupakan lembaga agama dan keagamaan. Dalam menggodok kurikulum madrasah diniyah, TPA dll kami akan melibatkan semua elemen termasuk Jemaah Ahmadiyah, dan hal ini sudah disetujui bapak Bupati. Soal Ahmadiyah, pernah ada SMS gelap kepada saya agar dalam pertemuan-pertemuan formal jangan sebut-sebut nama Ahmadiyah, karena Ahmadiyah kan sesat. Saya dengan gregetan langsung telpon, dan bertanya siapa anda, rumah anda dimana, saya akan dating ke rumah anda sekarang juga. Tujuan saya menjelaskan agar tidak ribut-ribut jika tidak paham Ahmadiyah, kan sudah jelas bahwa Ahmadiyah itu Islam. “Kita akan terus sosialisasikan hingga ke grass root pentingnya hidup rukun, saling menghormati, dan tidak usah urusi perbedaan paham” tambahnya.

Sedangkan Penasihat Walubi Wonosobo, Lukito mengatakan, pihaknya mengutuk segala bentuk kekerasan dalam berkehidupan bangsa dan bernegara yang selama ini ada. Kekerasan hanya akan melahirkan masalah baru yang mengancam integritas bangsa. Karena itu, pluralisme sebagaimana yang diajarkan Gus Dur harus dikembangkan terutama dikalangan generasi muda.

Suster Tutut menambahkan, segala bentuk perbedaan harus dimaknai sebagai nikmat dan karunia Tuhan sehingga tidak menimbulkan gejolak sosial. "Beda itu indah, tetapi membedakan itu jahat," tandasnya.
Perwakilan Jemaat Ahmadiyah pun dapat giliran menyampaikan catatan di tahun 2011. “Bagi JAI tahun 2011 merupakan tahun paling berat hadapi permasalahan hukum, tercatat 342 lebih kasus kekerasan dialami Ahmadiyah. Belum lagi bermunculan Perda-perda pelarangan yang semakin mendiskriminasikan JAI. Dan itu lebih diperparah dengan adanya tragedi Cikeusik berdarah dan memakan 3 korban warga Ahmadiyah. Jauh dari rasa keadilan, pelaku pembunuhan hanya dihukum 3-6 bulan sedangkan korban JAI justru lebih berat. Belum lagi warga Ahmadiyah sampai malam ini jelang pergantian tahun baru masih juga hidup di pengungsian Transito, tidak ada solusi terbaik dari pemerintah, bahkan terkesan adanya pembiaran. Tapi biarlah warga Ahmadiyah menjadi bukti sejarah dan saksi, bahwa begitu lemahnya hokum dan perlindungan Negara terhadap warganya di tahun 2011, sehingga ada ratusan anak bangsa sampai hari ini menjadi pengungsi di negerinya sendiri hanya karena keyakinan yang dianutnya.

Untuk itu mari kita tauladani seorang Gus Dur sebagai bapak Pluralisme Indonesia. Semasa hidupnya, Gus Dur mengajarkan, dengan hadirnya beragam agama dan keyakinan menunjukan bahwa inilah Indonesia. Wajah asli Indonesia adalah keberagaman, kebhinekaan, wajah yang membentuk pluralisme yang mengedepankan nilai kebersamaan dan kedamaian.

Kami ingin mengulang pesan bapak Bupati Wonosobo, bahwa “kita jangan menghabiskan energi berkutik dalam ranah perbedaan paham saja, dan melupakan tujuan lainnya yang lebih besar dan bermanfaat. Untuk itu kata beliau, mari semua kalangan, para tokoh agama, tokoh ormas termasuk para tokoh Jemaah Ahmadiyah, kita lupakan perbedaan, dan mari kita lebih majukan Wonosobo bersama-sama. (hadirin pun tepuk tangan). Selain itu, mari kita selalu amalkan pesan “Love for all hatred for none”, inilah slogan Ahmadiyah di seluruh dunia dalam menyampaikan Islam dan kedamaian dunia. Mari terus kita rawat kedamaian dan kerukunan di Indonesia kecil seperti Wonosobo ini. Semoga kerukunan dan keharmonisan di Wonosobo mampu menjadi sample bagi daerah lainnya di Indonesia, yang selalu menjunjung tinggi toleransi, keberagaman dan kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Pada sesi akhir acara, disampaikan agar acara FUB yang sudah berjalan itu pun diadakan di banyak tempat hingga menyentuh masyarakat desa se-kabupaten Wonosobo sebagai sarana menyampaikan pesan kedamaian, agar tetap terpelihara hidup damai dan harmonis tidak sampai ada gejolak. Hadirin semua sepakat akan diadakan bergilir tiap bulannya pada minggu kedua di banyak komunitas se-Wonosobo termasuk komunitas Ahmadiyah.

Acara pun diakhiri dengan doa bersama dengan tata cara masing-masing perwakilan tokoh lintas agama, dimulai dari Suster Sisca (Perwakilan Katholik), Bapak Lukito (Perwakilan dari Walubi), kemudian dari agama Islam dipimpin dua tokoh agama secara bergantian: pertama dari Jemaat Ahmadiyah oleh mubaligh Sajid Ahmad Sutikno dan kedua adalah perwakilan dari Nahdlatul Ulama Kyai Imdad, S.Ag. []

0 komentar:

Posting Komentar